Intisari-online.com - Presiden Polandia Andrzej Duda mengakui bahwa pembantaian Volhynia masih merupakan masalah "sensitif" dalam hubungan Warsawa-Kiev.
Tetapi Polandia tidak akan membalas dendam terhadap Ukraina.
Pada 11 Juli 1943, unit pemberontak Ukraina secara bersamaan menyerang lebih dari 100 desa.
Dengan banyak warga sipil Polandia yang tinggal di Volhynia, daerah yang sebelumnya diduduki oleh Nazi Jerman, sekarang di barat Ukraina.
Serangan itu menewaskan lebih dari 60.000 warga sipil Polandia, kebanyakan orang tua, wanita dan anak-anak.
Peneliti sejarah menyebut peristiwa ini "Bloody Sunday".
Pada Juli 1943, pemberontak Ukraina berulang kali menyerang sekitar Volhynia, menewaskan 40.000 warga sipil tambahan.
Secara total, lebih dari 100.000 orang Polandia tewas dalam peristiwa tersebut.
Polandia merayakan pembantaian Volhynia pada 11 Juli setiap tahun dan menganggapnya sebagai "tindakan genosida yang ditujukan untuk pembersihan etnis" di Ukraina.
"Kebenaran harus diumumkan dengan jelas dan tegas. Tapi bukan untuk balas dendam," kata Presiden Polandia Andrzej Duda pada 11 Juli, merujuk pada dukungan negara itu untuk Kiev dalam konflik dengan Ukraina.
"Tidak ada bukti yang lebih baik bahwa hubungan Polandia-Ukraina telah membaik daripada saat ini," tambahnya.