Find Us On Social Media :

China Suntikkan Lagi Dana Fantastis ke Indonesia, Rp 44 T Masuk dalam Dana Kekayaan Negara Indonesia Lewat Skema yang Menjerat Sri Lanka dalam Jebakan Utang China

By May N, Selasa, 5 Juli 2022 | 13:33 WIB

Presiden RI Jokowi dan Presiden China Xi Jinping. Utang Indonesia ke China bertambah setelah suntikan dana ini dikucurkan

Intisari - Online.com - Silk Road Fund (SRF) China telah menandatangani perjanjian untuk menginvestasikan hingga 20 miliar yuan (Rp 44 triliun) dalam dana kekayaan negara Indonesia, dikabarkan pada hari Senin, sebuah kesepakatan yang menurut beberapa analis dapat menghalangi investor Barat dari dana Indonesia.

Perjanjian tersebut memungkinkan investasi di semua sektor terbuka untuk orang asing di Indonesia, terutama proyek-proyek dengan konektivitas ekonomi antar negara, kata Otoritas Investasi Indonesia (INA) dan SRF dalam pernyataan bersama.

“Kami percaya bahwa investasi di Indonesia dan kawasan memiliki potensi yang tinggi, apalagi jika dilakukan bersama-sama dengan INA,” kata Yanzhi Wang, presiden SRF.

Tidak seperti banyak dana kekayaan negara lainnya yang mengelola kelebihan pendapatan minyak atau cadangan devisa, INA berusaha menarik investor asing untuk membantu mendanai pembangunan ekonomi.

Perjanjian tersebut memberikan syarat dan prinsip umum bagi SRF dan INA untuk menyaring dan memutuskan investasi bersama.

Setelah diluncurkan pada Februari 2021, INA telah menyiapkan dana jalan tol senilai $3,75 miliar dengan dana pensiun Kanada dan Belanda serta satu unit Otoritas Investasi Abu Dhabi.

Uni Emirat Arab telah berjanji untuk menginvestasikan $ 10 miliar dengan INA.

Indonesia mengatakan lembaga global seperti US International Development Finance Corporation dan Japan Bank for International Cooperation juga telah menyatakan minatnya.

SRF, yang didirikan pada tahun 2014, didukung oleh cadangan devisa China, China Investment Corp, Bank Ekspor-Impor China, dan Bank Pembangunan China.

Trissia Wijaya, seorang peneliti di Center for Indonesian Policy Studies, sebuah think tank, mengatakan SRF kurang sensitif secara politik karena tidak memberikan utang seperti untuk proyek Belt and Road Initiative (BRI) yang dipimpin China lainnya.

INA dapat menghadapi beberapa kesulitan dalam menarik calon investor bersama, namun, dengan faktor geopolitik juga berperan, katanya.

"G7 baru saja meluncurkan rencana infrastruktur senilai $600 miliar untuk melawan China," kata Wijaya, mengacu pada dana yang dijanjikan pada pertemuan para pemimpin Kelompok Tujuh bulan lalu.