Find Us On Social Media :

Dihormati Atas Jasanya dalam Pendirian Dinasti Han, Jenderal Ini Malah Tewas Dieksekusi Masuk Jebakan Istri Kaisar

By Khaerunisa, Selasa, 28 Juni 2022 | 17:25 WIB

Ilustrasi. Jenderal dari Dinasti Han.

Intisari-Online.com - Peng Yue menjadi salah satu jenderal yang dieksekusi pada masa pemerintahan Kaisar Liu Bang dari Dinasti Han.

Padahal, dalam pendirian Dinasti Han, ia merupakan sosok yang berjasa.

Melansir peoplepill, Peng Yue yang memiliki nama kehormatan Zhong, adalah seorang pemimpin militer dan tokoh politik terkemuka di akhir dinasti Qin dan awal dinasti Han Barat.

Ia terlibat dalam Pertikaian Chu–Han, yaitu perebutan kekuasaan antara pendiri dinasti Han, Liu Bang (Kaisar Gao), dan saingannya, Xiang Yu, di mana Peng Yue sebagai sekutu Liu Bang.

Sebagai pengakuan atas kontribusinya, Liu Bang kemudian memberikan Peng Yue gelar "Raja Liang" usai dinasti Han didirikan.

Peng Yue adalah penduduk asli Changyi (sekarang Kabupaten Jinxiang, Shandong).

Ia pada awalnya adalah seorang nelayan, kemudian setelah Pemberontakan Dazexiang pada 209 SM, Peng Yue dinominasikan oleh rekan-rekannya untuk menjadi pemimpin mereka.

Dia pun memimpin pemberontakan melawan dinasti Qin.

Baca Juga: Ratu Kejam dari Dinasti Han, Dua Jenderal Terkuat Ini bahkan Jatuh ke dalam Jebakannya hingga Tewas Dieksekusi

Baca Juga: Berusia 1.200 Tahun, Para Arkeolog Temukan Salah Satu Masjid Tertua di Gurun Israel, Berbentuk Persegi yang Bisa Tampung Lusinan Jamaah, Hidup Berdampingan dengan Pemukiman Kristen

Meski awalnya enggan memberontak, tetapi akhirnya Peng Yue akhirnya melakukannya.

Pada tahun 205 SM, Peng Yue bersekutu dengan Liu Bang dan menjadi salah satu jenderal Liu, dengan Liu Bang berjanji memberinya tanah dan gelar raja bawahan.

Sebelumnya, Peng Yue telah menolak mengirim pasukannya untuk membantu Liu Bang, yang mengakibatkan kekalahan Liu Bang oleh Xiang Yu pada Pertempuran Guling.

Tiga tahun kemudian, Peng Yue menaklukkan lebih dari 20 kota di sekitar Changyi dan memperoleh persediaan dalam jumlah besar.

Dia kemudian memimpin pasukannya ke selatan dan bergabung dengan pasukan Han Xin dan Liu Bang pada Pertempuran Gaixia melawan Xiang Yu.

Peng Yue berkontribusi besar pada kemenangan Han atas Xiang Yu.

Setelah Liu Bang mendirikan dinasti Han, Peng Yue dianugerahkan gelar "Raja Liang" dan diberikan tanah bekas negara Wei sebagai kerajaannya.

Jasanya begitu besar bagi Dinasti Han masa pemerintahan Kaisar Liu Bang, tetapi akhir hidup jenderal yang satu ini malah tragis.

Baca Juga: Pantas Saja Ada Kaisar yang Menjadi 'Gila' Atau Tergila-gila dengan Selirnya, Rupanya Begini Kehidupan Kaisar China di Dalam Kota Terlarang, Super Ketat!

Baca Juga: Pantas Saja Ada Kaisar yang Menjadi 'Gila' Atau Tergila-gila dengan Selirnya, Rupanya Begini Kehidupan Kaisar China di Dalam Kota Terlarang, Super Ketat!

Pada 196 SM, Liu Bang memimpin pasukan untuk menekan pemberontakan oleh Chen Xi, Marquis dari Yangxia, dan dia meminta bala bantuan dari Peng Yue.

Peng Yue mengaku sakit, dan mengirim bawahannya untuk membantu Liu Bang menggantikannya.

Setelah pemberontakan Chen Xi dipadamkan, Liu Bang malah mendengar desas-desus bahwa Peng Yue juga berniat untuk memberontak melawannya.

Kaisat menangkap Peng dan menurunkan statusnya menjadi orang biasa, untuk kemudian diasingkan ke Kabupaten Qingyi yang terpencil (sekarang Ya'an, Sichuan).

Di sinilah permaisuri Lu Zhi yang terkenal kejam, istri Kaisar Liu Bang, menjalankan aksinya.

Sepanjang jalan, Peng Yue bertemu dengan Permaisuri Lü Zhi, dia pun memohon padanya untuk menyelamatkan hidupnya dan membiarkannya pulang ke Changyi.

Konon saat itu permaisuri pura-pura setuju, lalu membawa Peng Yue kembali ke Luoyang

Bukan untuk diselamatkan, justru di sana di dia kemudian dieksekusi. Bahkan, Permaisuri Lu juga memerintahkan klannya untuk dibunuh.

Baca Juga: Cara Mengobati Wasir dengan Kunyit, Mudah Gunakan Campuran Bahan Alami yang Ada di Rumah

Baca Juga: Pengantin Baru Dilarang Gunakan Kamar Kecil Selama Tiga Hari, Inilah Ritual Suku di Indonesia yang Lain Daripada yang Lain, Lalu Bagaimana Mereka Menanggapi Panggilan Alam?

(*)