Find Us On Social Media :

Ingin Posisi Rusia Seperti Saat Perang Dingin Ini, Pemimpin Jerman Ungkap Ambisi Putin yang Sebenarnya, Tapi Tak Akan Berhasil

By Tatik Ariyani, Selasa, 21 Juni 2022 | 10:28 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin

Intisari-Online.com - Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-117 pada Senin (20/6/2022) sejak dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.

Rusia meningkatkan serangannya di wilayah Kharkiv dan Donetsk Ukraina, setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa kemungkinan pertempuran akan meningkat menjelang keputusan Uni Eropa tentang tawaran Kyiv untuk masuk ke blok tersebut.

Pertempuran juga berlanjut di Severodonetsk kota industri utama di timur.

Ukraina mengatakan, mereka kehilangan kendali atas desa Metyolkine yang berdekatan dengan kota tersebut.

Pasukan Rusia terus menggempur Ukraina timur selama berminggu-minggu untuk merebut wilayah industri utama Donbass, setelah dipukul mundur dari bagian lain negara itu setelah invasi dimulai.

Baru-baru ini, pemimpin Jerman berbagi pemikiran tentang apa yang diinginkan Presiden Rusia Vladimir Putin sebenarnya.

Melansir Russian Today (RT), Senin (21/6/2022), Kanselir Jerman Olaf Scholz mengklaim dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Munchner Merkur bahwa Putin ingin kembali ke kebijakan 'lingkup pengaruh', tetapi dia tidak akan berhasil.

Di antara topik lainnya, Scholz diminta untuk mengomentari klaim Rusia bahwa sanksi Barat mencegah pengiriman gas Rusia ke Jerman melalui pipa Nord Stream.

Sebelumnya pada hari Senin, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa turbin pipa harus menjalani perawatan, tetapi karena sanksi "orang Eropa tidak mengembalikannya."

“Pembenaran ini tidak masuk akal,” jawab Scholz.

Di bagian lain dari wawancara, sementara bersikeras bahwa baik NATO maupun Uni Eropa tidak mewakili ancaman bagi Rusia, Scholz menekankan bahwa pemimpin Rusia “harus menerima bahwa komunitas demokrasi dan negara konstitusional tumbuh semakin dekat bersama di lingkungannya.”

"Dia (Putin) menginginkan Eropa yang terpecah dan kembali ke kebijakan lingkup pengaruh. Dia tidak akan bisa melakukan itu," kata Scholz.