Kisah Permaisuri Jito, Aktivis Politik Saat Suaminya Memerintah di Kekaisaran Jepang, Tak Pantang Berbaur dalam Kerumunan Pasukan Tentara, Rela Turun Takhta Demi Cucunya Berkuasa

K. Tatik Wardayati

Penulis

Permaisuri Jito, memerintah setelah Kaisar Tenmu meninggal.

Intisari-Online.com – Namanya dikenal sebagai Unonosarara, sebelum Permaisuri Jito naik takhta.

Dia lahir pada tahun 645 sebagai putri Kaisar Tenji dan Ochi-no-Iratsume.

Dia menjadi permaisuri sebagai isrti pamannya, Kaisar Tenmu.

Mereka memiliki satu putra bernama Pangeran Kusakabe.

Kaisar Tenmu adalah putra Kaisar Jomei dan Permaisuri Kogyoku, yang juga memerinah dengan haknya sendiri.

Permaisuri Jito adalah Kaisar Jepang ke-41, yang memerintah dari tahun 690-697.

Pemerintahan Permaisuri Jito berlangsung selama 11 tahun.

Saat suaminya, Tenmu, memerintah, Permaisuri Jito adalah seorang aktivis politik, Nihongi menyatakan bahwa dia ‘mengikuti Kaisar dalam memenangkan Kekaisaran’.

Pada tahun pertama pemerintahan Tenmu, dia mengikuti Kaisar ketika berlindung di provinsi-provinsi Timur.

Dia berbicara kepada pasukan dan berbaur dalam kerumunan, sampai akhirnya mereka bersama-sama membentuk sebuah rencana, di mana beberapa puluh ribu pria tak kenal takut secara terpisah diperintahkan untuk mengambil posisi di tempat yang paling dapat dipertahankan.

Selama 14 tahun pemerintahan Tenmu meninggalkan posisi Menteri Besar kosong saat dia dan Permaisuri Jito memerintah bersama dengan tim Pangeran Kekaisaran, membuat keputusan dengan mereka dan tanpa berkonsultasi dengan Dewan Bangsawan.

Pada tahun 681 ia mengeluarkan dekrit untuk pembuatan kode hukum, Asuka no Kyomihara Ritsury.

Selama ini dia dan istrinya duduk di kursi yang sama sesuai dengan status yang sama.

Permaisuri Jito menjadi janda pada tahun 686 dan diberi otoritas Kekaisaran oleh suaminya yang sekarat.

Setelah kematian suaminya, dia pada awalnya tidak mengangkat dirinya sebagai Kaisar, hanya mengambil alih fungsinya.

Dia membuang Pangeran tsu, melihatnya sebagai penghalang untuk kenaikan putranya.

Selama masa pemerintahan Permaisuri Jito, dia tinggal di Istana Fujiwara di Yamato.

Pada tahun 689 M dia diketahui telah memberikan instruksi untuk 1 dari 4 pria untuk dilatih sebagai tentara, yang akan menunjukkan contoh pertama wajib militer untuk Jepang.

Sayangnya, Pangeran Kusakabe meninggal pada tahun 689 dan dia menyelesaikan Asuka Kyomihara Ry dan secara resmi dinobatkan pada tahun 690 sebagai Permaisuri Jito.

Pangeran Kusakabe mendahului ibunya meninggalkan dunia fana, tetapi dia memiliki seorang putra dengan istrinya, yang juga sepupu dari pihak ayah dan bibi dari pihak ibu, Abe-hime, yang kemudian dikenal sebagai Permaisuri Genmei.

Putra mereka akhirnya menggantikan Permaisuri Jito sebagai Kaisar Monmu.

Pada tahun 697, Permaisuri Jito turun takhta demi Kaisar Monmu.

Permaisuri Jito tetap penting dalam urusan politik setelah turun takhta dan merupakan orang pertama yang menerima gelar, Daijo Tenn (Kaisar Besar yang Turun Takhta).

Dia membantu menjaga Kaisar Monmu tetap berkuasa sampai kematiannya enam tahun kemudian.

Permaisuri Jito meninggal pada tahun 703 dan merupakan kaisar pertama yang dikremasi dengan cara Buddis.

Baca Juga: Dijuluki ‘Kesucian yang Harum’, Kisah Permaisuri Kojun dari Kekaisaran Jepang, Mengasingkan Diri Hingga Kematian Menjemputnya di Usia yang Sangat Lanjut

Baca Juga: Bak Jadi ‘Pion’ Propaganda Ambisi Kekaisaran Jepang, Beginilah Kehidupan Tragis Pangeran Yi U, Pangeran Terakhir Korea yang Tolak Nikahi Wanita Jepang dan Ingin Jaga ke-Koreaannya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait