Find Us On Social Media :

Tempat Kaisar Chongzhen Gantung Diri, Begini Nasib 'Pohon Bersalah' yang Menjadi Saksi Bisu Tragedi di Akhir Berkuasanya Dinasti Ming Tiongkok

By Khaerunisa, Kamis, 26 Mei 2022 | 19:40 WIB

Pohon Pagoda 'Bersalah', tempat Kaisar Chongzhen gantung diri di akhir era Dinasti Ming.

Bahkan, Wang Cheng'eng bukan satu-satunya yang menunjukkan kesetiaannya kepada tuannya dengan cara tersebut.

Dengan pemberontak menguasai kota, lebih dari 700 anggota keluarga Kekaisaran dilaporkan bunuh diri dalam solidaritas dengan kaisar mereka.

Selama tiga hari tidak ada yang tahu di mana kaisar sampai seorang pelayan menemukan tubuhnya di bawah pohon pinus di atas bukit.

Baca Juga: Main Aman dan Tak Mau Ikut Campur Urusan Perang Rusia-Ukraina, Ternyata China Bermuka Dunia, Punya Rencana Terselubung Ini Demi Keuntungan Sendiri

Baca Juga: Jadi 'Juru Damai,' Firaun Ramses II yang Konon Ditenggelamkan di Laut Merah oleh Nabi Musa Pelopor Perjanjian Damai Pertama di Dunia

Dia dikatakan telah mengenakan jubah sutra biru, dengan celana panjang merah dan di atas jubahnya di tangan kaisar sendiri adalah karakter 'Tian zi' – yang berarti putra surga.

Saat mengambil alih Kota Terlarang, Li Zicheng menyuruh Chongzhen dan permaisurinya dimakamkan dengan tenang di makam selir tercinta Chongzhen, Tian.

Kemudian, pada tahun 1659 dinasti Qing yang baru, ingin menyiratkan bahwa pemerintahan mereka hanyalah kelanjutan dari dinasti sebelumnya daripada penaklukan yang sebenarnya, sehingga membangun peringatan untuk Chongzhen di sekitar makam.

Bahkan, tidak seperti kasim, Wang Cheng' eng diberikan kehormatan dikuburkan tepat di sebelah timur makam tuannya, menunjukkan nilai yang ditempatkan pada kesetiaannya.

Sementara pohon pagoda 'bersalah' dan prasasti batu yang menandai tempat itu tetap menjadi peringatan kematian Chongzhen dan akhir Dinasti Ming.

Konon, hingga tahun 1900-an sebuah rantai yang digunakan oleh Chongzhen untuk menggantung dirinya tetap terlihat di cabang-cabang pohon.

Sayangnya, pohon kuno yang asli dianggap sebagai mata rantai feodalisme yang tidak dapat diterima oleh pemerintah Mao dan pohon itu dihancurkan di beberapa titik selama Revolusi Kebudayaan (1966–76).

Kemudian, sebuah pohon pengganti ditanam di tempat itu pada tahun 1981 dan kini tetap bertahan sebagai objek wisata, dengan papan sejarah yang menjelaskan bagaimana pohon itu menjadi saksi bisu saat-saat terakhir Kaisar Chongzhen, kaisar terakhir Dinasti Ming Tiongkok.

Baca Juga: Pantas Rusia Tenang Saja Walau Dimusuhi Seisi Bumi, Rupanya Segini Senjata Nuklir Negeri Tirai Besi, Bahkan Amerika Pun Bukan Tandingannya

Baca Juga: Kisah Nyai Dasima: Gundik Serdadu Belanda yang 'Beken' di Batavia, Sistem Pergundikan Jadi Akar Praktik 'Kumpul Kebo'

(*)