Penulis
Intisari-Online.com – Suku Bayaka atau juga dikenal sebagai Aka, Biaka, atau Babenzele, adalah salah satu dari sebelas kelompok kecil berbeda yang tinggal di bagian tenggara hutan hujan Kongo, terutama di Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, dan Gabon.
Mereka adalah suku nomaden dan dinggap sebagai salah satu penduduk Bantu paling awal di Cekungan Kongo.
Mereka diyakini telah bermigrasi ke kawasan hutan tropis lebih dari 30.000 tahun yang lalu dan perlahan menjalin hubungan perdagangan reguler dengan pengumpul hutan tropis.
Kebanyakan Suku Bayaka tinggal di daerah terpencil di hutan tropis yang hangat di Afrika Tengah.
Di beberapa suku ‘Pygmy’, ayah menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka daripada kebanyakan orangtua di masyarakat industri, dan beberapa bahkan diketahui menyusui bayi.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ayah dari suku Bayaka ‘Pygmy’ di Kongo utara menahan anak-anak mereka hingga 20 persen dalam sehari.
Bahkan jauh lebih mungkin para ayah itu menciumi atau memeluk anak-anak mereka daripada para wanita.
Penelitian yang sama juga menemukan bahwa ayah Bayaka jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam permainan gaya ‘kasar dan kacau’ untuk menciptakan ikatan dengan anak-anak mereka daripada tetangga pertanian mereka.
Para ayah lebih memilih untuk berkomunikasi dengan lembut pada anak-anak mereka.
Hal ini terbukti menghasilkan pemahaman dan komunikasi yang sangat bernuansa antara orangtua dan anak, bahkan dengan anak di bawah usia 18 bulan.
Para pengumpul pemburu mengembangkan cara hidup yang sebagian besar mandiri dan sangat beragam.
Mereka dikenal luas membina hubungan dekat dalam keluarga dan masyarakat serta memberikan lebih banyak waktu luang daripada pola kerja pastoral, pertanian, atau industri.
Statistik seperti ini menunjukkan bahwa daripada dianggap terbelakang atau primitif, masyarakat suku harus dihormati sebagai masyarakat kontemporer yang menikmati kualitas hidup yang tinggi.
Ini terutama jika hak mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri dihormati.
Namun, banyak masyarakat suku di Afrika tengah berada di bawah ancaman, karena tanah dan sumber daya mereka dicuri atas nama ‘kemajuan’ dan ‘konservasi’.
Masyarakat suku seperti orang Baka berkerabat dekat telah bergantung dan mengelola lingkungan mereka secara turun-temurun.
Melansir africantravels, organisasi konservasi besar seperti WWF malah bermitra dengan industri dan menghancurkan sekutu terbaik lingkungan atas nama konservasi.
Ngoko Madeleine, salah satu orangtua suku Bayaka berkata, “Sebelumnya ketika seorang wanita melahirkan, kami membawanya ke hutan untuk membantunya mendapatkan kembali kekuatan dan berat badannya, sekarang kami tidak dapat melakukan ini.
Kami akan membawa anak-anak kami ke hutan untuk menghindari epidemi. Sekarang kami tahu penyakit yang tidak pernah kami ketahui sebelumnya, seperti malaria, tetanus.”
Ango, orang Bayaka lainnya, mengatakan, “Kami tidak mengerti, mereka menyuruh kami untuk tidak pergi ke hutan. Tapi kami tidak tahu bagaimana hidup sebaliknya.
Mereka memukuli kami dan membunuh kami, mereka memaksa kami melarikan diri ke Kongo.
Kami ingin anak-anak kami tahu tentang daun dan kulit kayu dan upacara dan segalanya, tapi sekarang mereka tidak tahu.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari