Find Us On Social Media :

 Meski Dijuluki ‘Mutiara yang Bawa Cahaya dalam Kegelapan’ Namun Punya Dendam Atas Penculikan yang Terjadi pada Mertuanya Saat Pergi Haji, Inilah Kisah ‘Ratu Kecil Sheba’ Ratu Arwa Penguasa Yaman

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 21 Mei 2022 | 10:00 WIB

Intisari-Online.comRatu Arwa dari Yaman memerintah selama lebih dari lima puluh tahun.

Dia memerintah bersama ibu mertuanya, suaminya, dan putranya, dan akhirnya menjadi penguasa tunggal Dinasti Sulayhid.

Dia adalah wanita pertama dalam sejarah Islam yang diberi gelar hujja, yang merupakan status tertinggi dalam Islam.

Ratu Arwa tetap dihormati dan dicintai oleh rakyatnya sendiri.

Arwa adalah putri Ahmad dari klan Sulayhid, lahir di Haraz pada tahun 1045 M.

Setelah kematian ayahnya, dia dibesarkan oleh Ali dan Asma, penguasa bersama Yaman, yang memberinya pendidikan yang sesuai dengan seorang penguasa.

Pengetahuannya terdiri dari ‘Al-Qur’an, kemampuannya membaca dan menulis, menghafal babad, puisi dan peristiwa sejarah, dan keunggulannya dalam mengoles dan menafsirkan teks’.

Pada tahun 1065, di usia yang kedelapan belas tahun, Arwa menikahi putra Ali dan Asma, al-Mukarram Ahmad.

Pada tahun 1067, al-Mukarram Ahmad menjadi penguasa bersama Yaman dengan ibunya, Ratu Asma.

Dia melanjutkan tradisi ayahnya yang membiarkan istrinya berbagi kekuasaan, maka Yaman memiliki tiga penguasa, yaitu: Ratu Asma, al-Mukarram, dan Arwa.

Pada tahun 1074, setelah kematian Ratu Asma, al-Mukarram mengalami paraplegia, yaitu hilangnya fungsi otot di bagian bawah tubuh, termasuk kedua kaki.

Karena suaminya cacat, dia mengalihkan tanggung jawab mengatur urusan kerajaannya kepada istrinya.

Ratu Arwa, yang ketika itu usianya akhir dua puluhan, keberatan dengan mengatakan, “Seorang wanita yang (masih) diinginkan di tempat tidur tidak cocok untuk menjalankan ‘negara’.”