Diserang Saat Pergi Haji dan Dirudapaksa Saat Ditahan Musuhnya, Inilah Kisah Tragis Ratu Asma binti Shihab, Ratu Terbesar Yaman, Penguasa Bijaksana dan Cakap

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.comAsma binti Shihab dianggap sebagai salah satu ratu terbesar Yaman.

Meskipun sangat dihormati oleh orang-orang sezamannya, sejarawan cenderung mengabaikan kisahnya demi menantu perempuannya yang lebih terkenal, yaitu Ratu Arwa.

Ratu Asma binti Shihab memerintah bersama suaminya, putranya, dan istrinya dalam membentuk politik negara dan menangani sejumlah besar uang kerajaan.

Tahun tragis dalam hidupnya membawanya pada kesulitan dan siksaan mental yang menghancurkan semangat wanita ini.

Namun, Ratu Asma berhasil bertahan, dia terus menjadi penguasa yang bijaksana dan cakap sampai kematiannya.

Ratu Asma binti Shihab dikenal cantik dan berpendidikan.

Keluarganya berencana untuk menikahkannya dengan salah satu raja San’a atau keluarga kerajaan lain karena dia memiliki mahar yang hanya cocok untuk seorang raja.

Asma akhirnya menikah dengan sepupunya, Ali bin Muhammad al-Sulayhi, yang adalah anak seorang hakim Syafi’i Yaman.

Ali bin Muhammad al-Sulayhi memperoleh dukungan militer dari suku-suku penting Yaman dan mendirikan dinasti Sulayhid pada tahun 1047 M.

Ali bin Muhammad al-Sulayhi memutuskan untuk menjadikan istrinya sebagai penguasa bersama Yaman.

Dia menyandang gelar al-sayyida-al-hurra, yang diterjemahkan menjadi ‘wanita bangsawan yang bebas dan mandiri; wanita berdaulat yang tidak tunduk pada otoritas yang lebih tinggi.’

Ratu Asma aktif berpartisipasi dalam urusan negara, bahkan Ali sering mengandalkan nasihatnya.

Asma ‘menghadiri dewan dengan wajah terbuka’ dan ‘khutbah diumumkan dari mimbar masjid-masjid Yaman atas nama suaminya dan atas namanya’.

Ratu Asma mengangkat saudara laki-lakinya As’ad bin Shihab sebagai gubernur Tihama, dan harus mematuhi perintah bersama dari Ali dan Ratu Asma.

Dia juga dipercayakan dengan pengiriman sejumlah besar uang yang akan dikirim kakaknya kepada suaminya.

Ratu Asma juga bertanggung jawab atas pendidikan calon menantu perempuannya, Awra, yang sesuai dengan penguasa.

Pada tahun 1066 M, Ali memutuskan untuk berhaji ke Mekah.

Sebelum dia dan Ratu Asma pergi haji, Ali membuat putranya, al-Mukarram Ahmad menikahi Awra dan memerintah kerajaannya.

Kemudian mereka mengambil karavan seribu penunggang kuda, lima ribu tentara Ethiopia, pangeran Yaman yang telah ditawan selama bertahun-tahun, dan seluruh rombongan Ratu Asma di istana.

Dalam perjalanan ke Mekah, mereka diserang oleh keluarga Bani Najah dari Ethiopia yang percaya bahwa Ali bertanggung jawab atas kematian ayah mereka.

Ali dipenggal, lalu Ratu Asma, putrinya Fatima, dan wanita lain dalam rombongan menjadi tawanan.

Ratu Asma mencoba memohon pembebasan para wanita tawanan lainnya, tetapi pemimpin Najahid Sa’id menolak.

Mereka berbaris di belakang kepala suami Ratu Asma 'Ali dan saudaranya yang dipenggal ke Zabid.

Sepanjang penahanannya, Ratu Asma dipaksa untuk melihat kepala suaminya tertusuk yang terlihat jelas dari selnya.

Dia akan tetap menjadi sandera selama satu tahun penuh.

Ada cerita yang menunjukkan bahwa Ratu Asma mungkin telah dirudapaksa selama penahanannya.

Disebutkan bahwa Ratu Asma meminta bantuan putranya dengan menyembunyikan surat di dalam sepotong roti.

Pengemis yang membawa roti itu akhirnya pergi ke istana tempat surat itu sampai kepada putranya.

Surat itu tidak hanya meminta pembebasan putrinya dan wanita lainnya, tetapi juga meminta untuk membebaskannya sebelum dia melahirkan anak pemerkosanya.

Marah dengan berita ini, al-Mukarram Ahmad mengumpulkan anak buahnya dan berangkat untuk menyelamatkannya dengan berperang melawan Najahid.

Terlepas dari validitas cerita, itu menunjukkan Ratu Asma adalah seorang pahlawan akal dan licik, karena dia menggunakan akalnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan wanita tawanan lainnya.

Setelah Ratu Asma dibebaskan dari penahanannya, dia memerintah bersama putra dan menantunya.

Putranya memandang ibunya untuk meminta nasihat dan mengikuti nasihatnya.

Ratu Asma sangat terlibat dalam urusan negara dan masalah keuangan, tahu tentang informasi strategis rahasia dan mengendalikan distribusi upeti di provinsi-provinsi.

Ratu Asma meninggal pada 1074 M.

Dia digambarkan sebagai seorang wanita yang mulia dan murah hati.

Baca Juga: Legenda Sammuramat dan Semiramis, Ratu Babilonia yang Termasyhur, Berubah Jadi Seekor Burung Merpati Ketika Meninggal dan Dianggap Sebagai Dewi dalam Mitologi

Baca Juga: Kisah Hidupnya Dibandingkan dengan Ratu Jane Seymour Favorit Raja Henry VIII, Inilah Selir Ling, Pelayan Permaisuri yang Jadi Favorit Kaisar Qianlong, Karena Keduanya Mampu Lakukan Hal Ini!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait