Dikenal Sebagai Salah Satu Negara Militer Terkuat di Dunia, Kapal Rusia Jenis Raptor Ini Justru Hancur Lebur Gara-gara Diserang Ukraina Dengan Senjata Ini

Mentari DP

Penulis

Kapal Rusia dibom dalam perang Rusia dan Ukraina.

Intisari-Online.com - Rusia dikenal sebagai salah satu negara militer terkuat di dunia.

Oleh karenanya, banyak negara yang menyebut perang Rusia dan Ukraina berat sebelah.

Akan tetapi lebih dari 2 bulanperang Rusia dan Ukraina berlalu, Ukraina berhasil menahan serangan Rusia.

Bahkan terkadang membalas serangan itu.

Seperti yang baru-baru ini terjadi.

Dilansir dari express.co.uk pada Rabu (11/5/2022), pasukan Ukraina dilaporkanmenghancurkan "kapal parade pribadi" Vladimir Putin yang digunakan pemimpin Rusia.

Klaim Ukraina dibuktikan dengan sebuah video.

Dari video tersebut, terlihat kapal patroli kelas Raptor berwarna putih dilenyapkan oleh bom berpemandu laser yang dijatuhkan dari drone Bayraktar TB2 yang dioperasikan Ukraina di dekat Pulau Ular di Laut Hitam.

Saluran Telegram Ukraina Now melaporkan: "Kami menerima informasi bahwa salah satu kapal jenis Raptor yang hancur di daerah Pulau Ular adalah kapal parade Putin."

Ia menambahkan bahwa kapal itu "dibedakan dengan warna putih lambungnya".

Laporan Ukraina lainnya mengatakan: "Di antara kapal-kapal saudaranya, kapal itu menonjol dengan warna putih lambungnya."

"Ini adalah kapal parade yang dilengkapi peralatan khusus dengan nomor ekor 001."

Diketahui Presiden Rusia Vladimir Putin melakukanparade militer di St Petersburg dan Sevastopol.

Dia juga beberapa kali melakukan inspeksi di atas kapal.

Jika klaim Ukraina benar, maka ini menjadi senjata militer Rusia yang kesekian hancur karena serangan Ukraina.

Menurut Ukraina, serangan itu tidak ada apa-apanya dibanding laporanribuan warga sipil tewas di Ukraina selama hampir 11 minggu perang terjadi.

Angka itu, lebih banyak ribuan kali lipat darijumlah korban tewas resmi PBB sebanyak 3.381 orang.

Tim Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB, yang mencakup 55 pemantau di Ukraina, mengatakan sebagian besar kematian disebabkan oleh senjata peledak dengan area dampak luas seperti rudal dan serangan udara.

"Kami telah memperkirakannya, tetapi yang bisa saya katakan untuk saat ini adalah ribuan lebih tinggi dari jumlah yang kami berikan saat ini kepada Anda," kata Matilda Bogner dalam jumpa pers di Jenewa.

Rusia sendiri membantah menargetkan warga sipil dan menyebut invasinya, yang diluncurkan pada 24 Februari, sebagai "operasi militer khusus" dengan tujuan untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkannya dari apa yang disebutnya nasionalis anti-Rusia.

Tapi Ukraina dan Barat tidak percaya.

Baca Juga: Blak-blakan Dibongkar di Hadapan PBB, Rusia Bongkar Kejahatan Perang yang Dilakukan Militer Ukraina, Tak Disangka Banyak Lakukan Pelanggaran Ini

Artikel Terkait