Find Us On Social Media :

Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Jerman Peringatkan Dunia Mengenai Krisis Pangan Global, Rupanya Dua Hal yang Diabaikan Seluruh Dunia Ini Jadi Penyebabnya, Vladimir Putin Dijadikan Kambing Hitam

By May N, Senin, 9 Mei 2022 | 16:55 WIB

Ilustrasi kelaparan di Madagaskar

Jerman "menuangkan 2,7 miliar liter bahan bakar [dibuat] dari minyak nabati ke dalam tangki mobil setiap tahun," dia menunjukkan, menambahkan bahwa ini saja berarti "hampir setengah dari produksi minyak bunga matahari Ukraina."

Konflik yang sedang berlangsung di Ukraina telah memicu kekhawatiran akan kekurangan gandum global karena harga gandum melonjak ke level tertinggi beberapa tahun di bulan Maret.

Baik Rusia dan Ukraina adalah pemasok gandum utama, menyumbang sekitar 30% dari ekspor global.

Namun, pada pertengahan April, Menteri Pertanian Jerman Cem Ozdemir bersikeras bahwa memasok Kiev dengan persenjataan yang "lebih efektif" justru akan membantu dunia menghindari "kelaparan global" yang diperkirakan akan mengancam.

Ozdemir, anggota partai yang sangat pro-AS/NATO Alliance 90/The Greens, juga menuduh Moskow melakukan "strategi kelaparan" pada waktu itu.

Posisinya tampaknya sangat berbeda dari setidaknya dua kelompok tokoh masyarakat Jerman, politisi dan selebriti, yang telah meminta Kanselir Olaf Scholz untuk menghentikan pasokan senjata ke Ukraina dan untuk fokus pada solusi diplomatik cepat sebagai gantinya.

Pengiriman senjata yang berkelanjutan hanya akan memperpanjang penderitaan warga Ukraina serta berisiko menimbulkan konsekuensi yang berpotensi menghancurkan, mulai dari kemungkinan perang global hingga dampak "bencana" pada kesehatan global dan perubahan iklim, demikian diperingatkan oleh rekan penulis dua surat terbuka. Berlin belum bereaksi terhadap surat-surat itu sejauh ini.

Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

Baca Juga: Dibocorkan Sendiri Oleh 'Orang Dalam' Amerika, Terkuak Begini Cara Negeri Paman Sam Mengendalikan Operasi Militer Ukraina untuk Melawan Rusia