Perang Belum Usai, Tapi Presiden Ukraina Sudah Ketar-Ketir, Sebut Nyaris Mustahil Untuk Berdamai dengan Rusia, Gara-Gara Kemarahan Rakyat Ukraina Ini

Afif Khoirul M

Penulis

(Ilustrasi) Perang Rusia-Ukraina, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

Intisari-online.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada (29/4) ada risiko tinggi bahwa pembicaraan damai dengan Rusia akan berakhir.

Karena kemarahan publik atas tindakan militer Rusia.

"Warga Ukraina tidak ingin memaafkan tentara Rusia. Selama pandangan itu berlanjut, sulit untuk membicarakan negosiasi," kata Zelensky kepada seorang wartawan Polandia, menurut kantor berita Interfax-Ukraina.

Pada (29/4), kantor Presiden Ukraina mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa upaya untuk mengevakuasi warga sipil di Mariupol tidak berhasil.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Kiev telah mengubah pendiriannya dengan pengaruh AS dan Inggris.

Juga pada tanggal (29/4), Zelensky memuji usulan dukungan dari Presiden AS Joe Biden.

Biden telah meminta Kongres AS untuk tambahan 33 miliar dollar ASuntuk Ukraina, 10 kali lebih banyak dari dukungan sejauh ini.

Baca Juga: Disebut Masih Menjadi Momok Mengerikan Jika Sampai Digunakan Rusia untuk Menyerang Ukraina, Apakah Senjata Nuklir Benar-benar Tidak Bisa Dihentikan? Ini Jawabannya!

"Kami berdiri bersama untuk nilai-nilai fundamental. Ini adalah kebebasan dan demokrasi. Kami menghargai dukungan Anda dan membutuhkannya lebih dari sebelumnya," kata Zelensky.

Sementara itu, Ukraina mengakui telah kehilangan kendali atas sejumlah desa dan kota sejak Rusia melancarkan operasi militer tahap kedua.

Namun pihak Ukraina mengatakan pasukan Rusia menderita kerugian yang lebih besar, terutama setelah gagal di Kiev pada tahap 1.

"Kami memiliki beberapa kerugian serius, tetapi kerugian Rusia jauh lebih besar," kata penasihat presiden Ukraina, Oleksiy Arestovych.

Pejabat Barat mengatakan bahwa pasukan Rusia mengoordinasikan pertempuran lebih baik daripada fase 1, oleh karena itu korban juga berkurang secara signifikan.

Seorang pejabat Ukraina mengatakan bahwa Rusia menembaki seluruh garis depan di wilayah Donetsk dengan roket, peluru artileri, peluru mortir, dan bom, untuk mencegah tentara Ukraina melakukan reorganisasi.

Artikel Terkait