Find Us On Social Media :

Titip Umur di Alcatraz (1)

By Agus Surono, Sabtu, 6 Oktober 2012 | 12:00 WIB

Titip Umur di Alcatraz (1)

Setelah ayah memperoleh izin untuk bercerai, kami dikembalikan kepadanya. Kali ini ayah membuat pengaturan yang lebih baik. Kami semua bertiga kos di rumah Ny. Julio. Saya tidur sekamar dengan ayah, Kay dengan Alma, putri Ny. Julio yang sudah dewasa. Hidup saya amat bahagia, karena Ny. Julio amat baik. la menyukai kami berdua dan kalau kami melakukan sesuatu yang baik, ia tidak ragu memuji. Tapi kalau kami nakal, ia pun tak segan menegur.

Sayang, kebahagiaan kami hanya berlangsung selama setahun. Ayah mulai pulang larut, minum-minum, melewatkan semua akhir minggu di luar. Semua ini agaknya tidak menyenangkan hati Ny. Julio. Saya kira, ia pernah mengharapkan ayah bakal mengawininya. Setelah ternyata ayah tidak mengarah ke sana, tak berapa lama kemudian ia memberi tahu kami harus pindah.

Berkenalan dengan penjara remaja

Kami menyewa apartemen di Berkeley, lalu tinggal di sana bersama Alice, pacar ayah waktu itu. Beberapa bulan pertama semuanya berjalan dengan baik, Alice sayang kepada kami dan membuat rumah kami menyenangkan. Namun baru setelah dua tahun, ayah menikahi Alice.

Tak dinyana setelah pernikahan, hubungan saya dengan Alice mulai memburuk. Ada saja sumber konflik saya dengan dia dan ayah. Saya mulai sering kabur. Bisa dua hari, dua minggu, atau dua bulan. Entah bagaimana caranya, setiap kali ayah dapat memasukkan saya kembali ke sekolah tanpa banyak cingcong. Tentu setelah setiap kali saya dikuliahi panjang-lebar.

Namun akhirnya saya kena batunya juga. Dosa saya kali ini adalah melempar pak kepala sekolah dengan pemberat kertas. Memang tidak kena sasaran, tapi pemberat itu menghancurkan kaca jendela kantornya dan membuat semua stafnya (semua wanita) kalang kabut ketakutan menyusul bos mereka. Ini semua karena saya meminta hukuman rotan atas pelanggaran saya merokok di kelas ditunda. Waktu itu ada luka bekas operasi yang belum sembuh. Pak kepala sekolah tidak menyetujui permintaan saya. Begitulah, untuk pertama kalinya saya diborgol polisi dan dibawa ke Oakland Juvenile Hall, penjara untuk remaja.

Saya diadili, lalu seperti yang sudah saya takutkan, dikirim ke Preston School of Industry. Untung hukumannya ditunda, dan saya diberi masa percobaan 5 tahun. Tapi situasinya tidak membaik. Soalnya, saya sudah tiba pada kesimpulan, bila orang takut maka mereka akan menghormati kita.

"Karier" saya meningkat. Saya bergaul dengan anak-anak yang lebih rusak lagi. Saya membongkar toko dan mencuri. Bahkan saya menerima pesanan seorang anak kaya untuk mencuri pelbagai rupa barang, dari speedboat, mesin speedboat, trailer, dll. Dengan upah AS $ 350. Gara-gara inilah saya ditangkap lagi dan dijebloskan kembali ke Juvenile Hall dengan tuduhan merampok dan mencuri mobil.

Saya dihukum masuk ke Preston School of Industry sampai 13 bulan. Pada 2 Agustus 1937, saya pulang. Tapi di rumah saya cekcok terus dengan ibu tiri saya. Meski di sekolah berusaha betul belajar, tapi konflik di rumah membuat saya akhirnya angkat tangan. Saya kembali ke pola lama, bahkan lebih nekat. Saya mencuri mobil lagi dan melakukan kejahatan lain, sampai akhirnya kembali ke Preston hanya dalam waktu 3 bulan.

Jelas saya tidak berminat tinggal lama-lama di Preston. Sebagai napi kambuhan, dan pelanggar masa percobaan, hukuman saya lebih berat dengan penjagaan yang lebih keras. Enam bulan kemudian saya berusaha kabur, tapi hanya sebentar tertangkap lagi. Dengan sendirinya saya kembali ke nol. Maka saya menjalani hukuman selama 16 bulan lagi, sampai dibebaskan.

Di rumah keadaan tidak membaik. Saya tetap serba tak cocok dengan Alice, malah juga dengan ayah dan adik. Ayah tetap berusaha meluruskan saya, tapi tanpa hasil. Saya mencoba kembali ke sekolah, tapi gagal. Akhirnya, saya keluar dan menjadi sopir taksi bermodal SIM dengan nama palsu. Saya tinggal bersama orang tua, sampai mempunyai cukup uang untuk menyewa kamar sendiri di luar.

Tidak diakui anak lagi