Find Us On Social Media :

Dibongkar oleh Anggota NATO Sendiri, Terungkap Kebusukan Beberapa Anggota NATO, Justru Inginkan Perang Ukraina-Rusia Lebih Lama, Dengan Cara Lakukan Hal Ini?

By Afif Khoirul M, Jumat, 22 April 2022 | 09:54 WIB

AS mentransfer howitzer M777 tentara Ukraina, kaliber 155mm.

Namun, Ukraina kemudian mengubah perjanjian tersebut, mengutip "perilaku brutal militer Rusia di Bucha", tetapi Moskow membantah tuduhan itu.

Menteri Luar Negeri Cavusoglu mengatakan bahwa sebagai anggota NATO, Turki tidak akan menerima Ukraina mencari jaminan keamanan dari blok militer ini.

"Tidak ada yang menyetujui permintaan Presiden Ukraina Zelensky untuk meminta Pasal 5 NATO. Amerika Serikat, Inggris dan Kanada tidak menerima. Tentu saja, Turki juga tidak menerimanya," kata Cavusoglu.

Sementara Turki ingin segera mengakhiri konflik di Ukraina, Lithuania, negara anggota NATO, telah mengumumkan bahwa mereka baru saja mentransfer senjata ke Kiev senilai puluhan juta dolar.

"Kami memberikan bantuan militer ke Ukraina. Kami mengirim mortir berat. Kami tidak akan merinci jumlahnya, tetapi nilainya mencapai puluhan juta dolar," kata Menteri Pertahanan Lithuania Arvydas Anusauskas kepada Baltic News Service pada 21 April.

Arvydas Anusauskas juga mengatakan bahwa Lituania secara teratur mengirim senjata dan amunisi ke Ukraina.

"Sulit untuk membuat daftar semuanya. Sekitar sebulan yang lalu, kami mengirimkan sekitar 35 jenis senjata. Termasuk tidak hanya sistem rudal Stinger tetapi juga senjata anti-pesawat dan anti-tank lainnya. Kami juga mengirimkan granat, senapan mesin, senapan otomatis dan peralatan komunikasi," kata Arvydas Anusauskas.

Tidak hanya di NATO, reaksi banyak negara Eropa terhadap konflik Rusia-Ukraina juga berlawanan.

Pada 21 April, Menteri Dalam Negeri Serbia Aleksandar Vulin mengatakan bahwa negara itu sedang mempertimbangkan kembali untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE) ketika didesak untuk memberikan sanksi kepada Rusia.

"Rusia adalah teman kami," kata Aleksandar Vulin kepada parlemen.

"Kami adalah negara dengan sejarah panjang, dan kami tahu bagaimana memilih teman kami," kata Aleksandar Vulin, seraya mencatat bahwa Serbia telah menolak untuk bergabung dengan sanksi Barat terhadap Rusia.