Penulis
Intisari-Online.com - Warga sipil Mariupol telah menanggung beban pertempuran, meringkuk di ruang bawah tanah tanpa utilitas selama berminggu-minggu.
Mereka dilaporkan hidup tanpa listrik dan kekurangan makanan maupun air bersih.
Pasukan Rusia secara bertahap maju ke kota, tetapi kelompok pasukan Ukraina terus bertahan dari dalam pabrik metalurgi dan mesin berat raksasa di kota itu, yang keduanya memiliki jaringan terowongan bawah tanah yang luas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu (16/4/2022), mengatakan pemusnahan pasukan terakhir Ukraina yang terperangkap di Kota Mariupol, Ukraina timur akan mengakhiri pembicaraan dengan Rusia.
"Penghapusan pasukan kami, orang-orang kami (di Mariupol) akan mengakhiri negosiasi antara Ukraina dan Rusia," kata Zelensky dalam sebuah wawancara dengan situs berita Ukrainska Pravda.
"Itu akan menjadi jalan buntu karena kami tidak menegosiasikan wilayah kami maupun orang-orang kami," tambah dia, dikutip dari AFP.
Kota pelabuhan Mariupol termasuk wilayah yang paling terpukul di Ukraina setelah invasi Rusia pada 24 Februari.
Sejak awal invasi, Kota Mariupol telah terkepung pasukan Rusia.
Penguasaan Kota Mariupol akan memungkinkan Rusia untuk menghubungkan melalui darat semenanjung Crimea, yang dianeksasi pada tahun 2014, dan negara bagian separatis yang didukung Moskwa di timur Ukraina.
Pelabuhan itu dikepung oleh pasukan Rusia segera setelah invasi, tetapi militer Ukraina yang kalah awak dan bersenjata tetap bertahan.
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov pada Rabu (13/4) sebagaimana diwartakanKompas.comjuga mengabarkan, lebih dari 1.000 marinir Ukraina menyerah di Mariupol.
Sebelumnya, pasukan ini dipimpin oleh Ramzan Kadyrov yang digambarkan sebagai anak manja Putin yang berbuat kejahatan membawa-bawa slogan agama.
Sementara itu, para jihadis di Idlib mengutuk Kadyrov dan tentaranya hingga menyebut mereka sebagai orang murtad kafir yang keluar dari agama Islam.
Ribuan warga sipil diyakini telah tewas di kota Mariupol, yang telah menyaksikan beberapa pertempuran paling intens dalam konflik tersebut.
(*)