Find Us On Social Media :

Selalu Gunakan Pakaian Laki-laki, Inilah Kisah Kontroversi Ratu Kristina dari Swedia, Benarkah Keputusannya Tidak Ingin Menikah Karena Dia Terlibat ‘Percintaan’ dengan Dayangnya yang Perempuan?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 12 April 2022 | 13:30 WIB

Ratu Kristina dari Swedia, yang selalu mengenakan pakaian pria.

Ratu Maria Eleonora yang sangat mencintai suaminya ketika mengetahui kematiannya, sangat hancur.

Mayat Gustavus Adolphus diangkut kembali ke Stockholm, dan Ratu menolak untuk menguburkannya, sampai ‘dia bisa dikuburkan bersamanya.’

Ratu memerintahkan peti mati suaminya tetap terbuka dan sering mengunjungi mayatnya, menyentuhnya, dan mengabaikan pembusukan, sampai pada titik Ratu membarikade dirinya, hati suaminya yang sudah meninggal, dan Putri Kristina di sebuah ruangan.

Count Oxelstierna memutuskan untuk menempatkan penjaga di pintu ruangan tempat mayat itu disimpan agar Ratu tidak bisa masuk, hingga Raja dimakamkan pada bulan Juni 1633, delapan bulan setelah kematiannya.

Karena penyakit mental ibunya, Kristina pun tinggal bersama bibi dari pihak ayahnya, dan di tempat ini Kristina bermain dengan sepupunya.

Dia diajari bahasa Prancis, Jerman, dan Latih, hingga dapat berbicara dengan fasih, juga diajari strategi militer dan politik, pendidikan yang biasanya hanya diperuntukkan bagi pria.

Pada tahun 1639, pesta ulang tahun ke-13 Kristina di kastil Tre Kronor di Stockholm dia hadiri dengan mengenakan helm perak dan baju perang, bak idolanya Alexander yang Agung, dengan tamu yang berpesta dengan hidangan mewah dan mahal, serta anggur impor dari Prancis yang disajikan.

Sejak itu, Kristina terus mengadakan pesta, menghabiskan kekayaannya yang besar untuk dekorasi, minuman, dan makanan.

Pada ulang tahunnya yang ke-18, Ratu Kristina menjadi raja dengan haknya sendiri, namun dia menolak menandatangani dokumen yang berisi bentuk pemerintahan untuk tahun-tahun mendatang.

Dengan melakukan itu di depan seluruh dewan rahasia, dia ingin membuktikan dirinya sebagai wanita yang tidak bisa diinjak-injak.

Perang Tiga Puluh Tahun antara Katolik dan Protestan, yang menyebabkan ayahnya meninggal, masih berkecamuk ketika Ratu Kristina mencapai usia dewasa.

Count Oxenstierna enggan menerahkan kekuatan, memutuskan perang Swedia kepada Ratu, lalu mengirimkan putranya Johan ke konferensi perdamaian di Jerman, dan menentang perdamaian dengan kekaisaran Romawi Suci.