Find Us On Social Media :

Sikapnya Dianggap Mirip Tetangga Indonesia, Negara Ini Buru-buru Didekati Zelensky Demi Incar Satu Senjata Supercanggih, Tapi Malah 'Kecele'

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 12 April 2022 | 11:35 WIB

Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook, menegaskan kembali sikap prinsip negaranya untuk tidak mengirim senjata mematikan ke negara yang dilanda perang.

Intisari-Online.com – Sudah hampir dua bulan invasi Rusia ke Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti dan berdamai.

Kini, bahkan Ukraina terus mencari senjata mematikan dari berbagai negara untuk berperang melawan Rusia.

Beberapa negara Barat telah memberikan senjata mereka, tetapi ada juga negara yang menolak permintaan Kiev.

Singapura dengan tegas mengambil sikap menghukum atau menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong memberi alasan atas keputusan berani negaranya.

Menurutnya, Singapura memilih untuk menegakkan prinsip utama yang sesuai dengan kepentingan nasional jangka panjang, yaitu kedaulatan dan integritas teritorial semua negara.

Kata PM Singapura, posisi yang diambil Singapura ini secara konsisten selama bertahun-tahun.

Hal itu disampaikannya kepada media Singapura setelah mengakhiri kunjungan kerja selama seminggu ke Amerika Serikat (AS).

Lalu, ketika ditanya apa yang dia katakan kepada warga Singapura kemungkinan kekhawatiran mereka atas keberpihakan negara itu, melansir Channel New Asia, Sabtu (2/4/2022), menjawab, “Kami telah memilih prinsip dan kami menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang sesuai dengan kepentingan nasional jangka panjang kami, dan kami menjunjungnya secara konsisten.”

Prinsip fundamental yang ditekankan oleh PM Lee salah satunya adalah tidak melanggar integritas teritorial dan kedaulatan negara, yang diabadikan dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sekarang ‘dipertaruhkan’ di tengah konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.

“Itu adalah prinsip dasar yang sangat penting bagi kami, karena jika kami diperebutkan, maka apa dasar kami untuk mengatakan bahwa kami berhak untuk hidup, dan untuk keamanan dan keselamatan di dunia,” kata PM Lee.

Sikapnya mirip dengan Singapura yang adalah tetangga Indonesia, Korea Selatan (Korsel) pun menolak memberikan senjata mematikan mereka pada Ukraina.

Kementerian Pertahanan Korsel telah menolak permohonan Ukraina untuk persenjataan mematikan anti-pesawat karena ‘sikap berprinsip’.

Penolakan itu disampaikan sebelum pidato virtual Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di parlemen Korsel.

Seperti dilaporkan oleh This Week in Asia, Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel Suh Wook melakukan panggilan telepon dengan Menhan Ukraina Aleksey Reznikov, dan selama percakapan panglima militer Seoul menegaskan kembali sikap prinsip negaranya untuk tidak mengirim senjata mematikan ke negara yang dilanda perang.

“Menteri pertahanan Ukraina meminta senjata untuk pertahanan udara dan Menteri Suh dengan sopan mengulangi sikap prinsip pemerintah Korea Selatan bahwa bantuannya terbatas pada bahan yang tidak mematikan,” ujar seorang pejabat Korea yang diidentifikasi berbagi informasi dengan media tersebut.

Presiden Zelensky berpidato di Majelis Nasional Korea Selatan, dan berusaha meminta lebih banyak dukungan dari Seoul untuk perlawanan Kiev terhadap pasukan Rusia yang beroperasi di Ukraina.

Ketika menghadiri pertemuan dengan para pemimpin NATO, Menteri Luar Negeri (Menlu) Korea Selatan Chung Eui-yong berjanji negaranya akan mengalokasikan tambahan USD30 juta untuk bantuan kemanusiaan ke Ukraina.

Bahkan sebelumnya, Korea Selatan juga telah memberi Ukraina pasokan militer yang tidak mematikan seperti helm antipeluru, selimut, dan perlengkapan medis, dengan nilai keseluruhan telah melebihi USD800.000.

Pada 24 Februari 2022, Rusia mulai melancarkan operasi militer dengan skala besar terhadap Ukraina, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada tahun 2014, dan pengakuan Rusia atas kemerdekaan republik Donbass, Donetsk, dan Luhansk.

Sekarang Rusia menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev bersikeras bahwa serangan Rusia tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali dua wilayah yang memisahkan diri dengan paksa.

 Baca Juga: Bak Senjata Makan Tuan, Sok-sokan Serang Pakai Asam Nitrat, Pasukan Rusia Malah Kena Batunya Sendiri Gara-gara Hal Ini, Kepulan Asap Langsung Membumbung Tinggi

 Baca Juga: Merasa Yakin Setengah Mati Semua Ucapannya Ditelan Mentah-mentah oleh Barat, Zelensky Kesal Bukan Main saat Tahu Ada Pemimpin Eropa yang Memintanya Lakukan Hal Ini

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari