Find Us On Social Media :

Bak Tak Belajar dari Bung Karno, Perdana Menteri Negara di Asia Ini Akhirnya Digulingkan 'AS' Usai Terlalu Mesra dengan Putin, Pertemuan Ini Pemicunya!

By Ade S, Minggu, 10 April 2022 | 19:25 WIB

Ilustrasi keakraban Putin dan Khan. Presiden Kirgistan Sooronbai Jeenbekov, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan berfoto sebelum pertemuan Dewan Kepala Negara Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Bishkek pada 14 Juni 2019.

Intisari-Online.com - Seorang Perdana Menteri sebuah negara di Asia telah didepak dari jabatannya, diduga karena terlalu terang-terangan mendukung Rusia dalam invasi ke Ukraina.

Seperti diketahui, sebagian besar negara-negara di dunia memilih sikap mengutuk serangan Rusia ke Ukraina.

Apalagi negara-negara yang selama ini dikenal dekat dengan Amerika Serikat dan para sekutunya di NATO.

Mereka seolah tidak peduli dengan riwayat kelam Negeri Paman Sam dalam hal menggulingkan pemimpin-pemimpin negara yang tak sejalan dengan mereka.

Riwayat kelam yang pada akhirnya terbongkar secara gamblang lewat dokumen-dokumen pemerintah AS, baik melalui secara legal maupun ilegal seperti yang dibocorkan oleh National Security Archive (NSA) pada 2017.

Tak terhitung jumlah negara atau kepala pemerintahan yang "diobok-obok" oleh AS hanya karena kepentingannya tak terpenuhi.

Di Indonesia, Presiden Pertama Indonesia Soekarno menjadi salah satu korbannya. Setidaknya demikian isi salah satu dokumen pemerintah AS yang bocor.

Lalu kini, akhirnya aksi "obok-obok" AS diduga kembali terjadi di salah satu negara Asia yang secara terang-terangan mendukung aksi Rusia menginvasi Ukraina.

Dalam perang Rusia-Ukraina, diketahui beberapa negara di dunia memang berani secara tegas mendukung aksi Rusia.

Mereka adalah China, India, Afrika Selatan, Brasil, Meksiko dan Pakistan.

Di tengah segala tekanan negara-negara di dunia, terutama AS dan sebagian besar negara Eropa, mereka bergeming berada di belakang Rusia.

Berbagai ancaman pun kemudian ditebar oleh AS dan sekutunya agar para pemimpin negara tersebut berubah pikiran.