Find Us On Social Media :

Revolusi di Uni Soviet Mendorong Cikal Bakal 'Partai Terlarang' di Indonesia Ini Lebih Terbuka dalam Ideologi Komunis

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 9 April 2022 | 14:29 WIB

Revolusi Bolshevik Uni Soviet dipimpin oleh Vladimir Lenin

Intisari-Online.com - Revolusi Bolshevik di Uni Soviet terjadi pada 24 dan 25 Oktober 1917 dalam kalender Julian, sehingga membuat peristiwa ini sering disebut sebagai Revolusi Oktober.

Dalam Revolusi Bolshevik, kaum revolusioner kiri Rusia (Uni Soviet ketika itu) dipimpin oleh pemimpin Partai Bolshevik Vladimir Lenin.

Dia melancarkan kudeta yang hampir tak berdarah, melawan pemerintahan sementara Duma (majelis perwakilan bentukan Nicholas II).

Pemerintahan sementara dibentuk oleh sekelompok pemimpin dari kelas kapitalis borjuis Rusia.

Melansir Kompas.com, Revolusi Rusia tahun 1917-lah yang mendorong ISDV (Indische Social Democratische Vereniging) untuk lebih terbuka dalam ideologi Komunis.

ISDV didirikan oleh Henk Sneevliet pada 9 Mei 1914.

Henk Sneevliet mengemban misi dari pusat komando Komunis Internasional (Komintern) untuk menanamkan paham marxisme-komunisme terhadap perjuangan pergerakan nasional Indonesia.

Selain itu, Sneevliet juga menanamkan pengaruh di organisasi Sarekat Islam melalui Semaoen, Alimin, Darsono, dan lainnya.

Sneevliet menyebarkan pengaruh Komunis di Indonesia melalui organisasi buruh kereta api di Semarang.

Pada perkembangannya Semaoen dan kawan-kawannya berusaha untuk mengubah perjuangan Sarekat Islam ke arah komunis.

Hal ini menyebabkan pecahnya Sarekat Islam menjadi dua kubu yaitu, SI Merah (Komunis) dan SI Putih (Agamis).

Pada 20 Mei 1920, Semoen bersama anggota SI Merah dan tokoh komunis ISDV sepakat untuk mengubah nama ISDV menjadi Partai Komunis Indonesia.

Perubahan nama dari ISDV bertujuan untuk menguatkan nuansa Indonesia-sentris dalam perjuangan kaum Komunis terhadap kolonialisme Belanda.

Perjuangan PKI

Perjuangan PKI dalam menentang kolonialisme Belanda bersifat radikal dan cenderung anarkis.

Pada 25 Desember 1925, PKI mengadakan rapat besar yang mengundang pimpinan cabang PKI di seluruh Indonesia.

Rapat tersebut menghasilkan keputusan untuk melaksanakan aksi pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda di beberapa kota Indonesia.

Realisasi aksi pemberontakan PKI dilaksanakan pada tahun 1926-1927.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, aksi pemberontakan PKI berawal di Jakarta dan Tangerang pada tanggal 12 November 1926.

Di Jakarta, PKI bergerak menyerang polisi Belanda dan merusak sambungan telepon untuk memutus komunikasi.

Setelah itu, PKI bergerak menuju penjara Glodok untuk membuat kerusuhan dan membebaskan beberapa tahanan.

Pemberontakan PKI pada tahun 1926 meluas hingga ke karisidenan Banten, Bandung, Priangan Timur, Surakarta, Kediri, Banyumas, Pekalongan, dan Kedu.

Pola pemberontakan di daerah-daerah tersebut hampir sama dengan pola pemberontakan PKI di Jakarta.

Pada tahun 1927, pemberontakan PKI meluas hingga ke pulau Sumatera.

Pusat pemberontakan PKI di Sumatera berlangsung di Sawah Lunto, Sumatera Barat.

Pemberontakan PKI pada tahun 1926-1927 mengalami kegagalan.

Belanda melakukan penangkapan massal, pemenjaraan, pembunuhan, dan pembuangan terhadap anggota PKI.

Pada akhirnya, PKI mengalami kehancuran dan seluruh gerakan revolusioner radikal Indonesia dibekukan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Baca Juga: Padahal Bukan Pecahan Uni Soviet, Rusia Blak-Blakan, Sebut Negara Ini Akan Menjadi Target 'Tragedi Mengerikan' Berikutnya, Jika Sampai Bergabung dengan NATO

(*)

(*)