Find Us On Social Media :

Tak Ada Ancaman Dari Negara Manapun, Mendadak Vladimir Putin Ketakutan Sampai Buat Perintah Terbaru Perketat Penjagaan di Bagian Barat Rusia, Memang Apa yang Sedang Terjadi?

By Afif Khoirul M, Minggu, 3 April 2022 | 15:35 WIB

Prajurit Rusia berbaris di sebelah sistem rudal balistik antarbenua Yars selama upacara pengiriman peralatan militer di dekat Moskow untuk mempersiapkan parade Hari Kemenangan di Lapangan Merah.

Intisari-online.com - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan perintah terbaru Valdimir Putin pada 1 April.

Bahwa Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan militer untuk memperketat keamanan di perbatasan barat.

Sehingga tidak ada yang akan berpikir untuk menyerang Rusia dari daerah ini.

Juru bicara Peskov menegaskan bahwa beberapa negara sedang membangun potensi militer mereka di dekat perbatasan barat Rusia.

Namun, Peskov tidak menyebutkan nama negara mana pun.

Hanya mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sedang menyusun rencana keamanan untuk melindungi Rusia dari bahaya apa pun.

Serta untuk memastikan bahwa "tidak ada yang memikirkannya" tentang menyerang Rusia.

Presiden Putin pada 24 Februari meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina untuk de-militerisasi dan de-fasis negara itu.

Baca Juga: Padahal Ukraina yang Babak Belur Dihajar Rusia, Tetapi Negeri Tirai Besi Justru Sebut Ukraina Susahnya Bukan Main Diajak Negosiasi, Lantas Apa Maunya?

Baca Juga: Saat Dunia Fokus ke Perang Rusia-Ukraina, China Diam-diam Lakukan Latihan Militer Besar-besaran di Laut China Selatan, Aktivitas AS Ini Dianggap Jadi Pemicunya

Meski begitu, negara-negara Barat menyebut ini sebagai serangan yang tidak beralasan.

Wakil Kepala Kantor Presiden Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, baru-baru ini mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina terus melakukan pertukaran tahanan pada 1 April.

Selama pertukaran ini, menurut Tymoshenko, 86 prajurit Ukraina, termasuk 15 wanita, dibebaskan dan aman.

Tymoshenko tidak mengungkapkan berapa banyak tentara Rusia yang telah ditukar dengan pihak Ukraina.

Tetapi mengatakan perjanjian pertukaran tahanan adalah hasil dari negosiasi damai yang sedang berlangsung, menurut Reuters.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengumumkan pada hari yang sama bahwa sekelompok tentara telah dibawa pulang.

Dalam perjanjian terbaru, Rusia dan Ukraina masing-masing menukar 10 tawanan perang pada 24 Maret.

Pertukaran itu juga membebaskan 19 pelaut sipil Ukraina yang ditangkap dalam upaya untuk memindahkan pasukan Ukraina dari Pulau Ular pada akhir Februari.

Ukraina membebaskan 11 pelaut sipil Rusia sebagai bagian dari kesepakatan, kata Wakil Perdana Menteri Vereshchuk.