Find Us On Social Media :

Tak Perlu Gunakan Senjatanya Sedikit pun, Seluruh Eropa Was-was Ketika Rusia Putuskan untuk Lakukan Hal Ini

By Tatik Ariyani, Minggu, 3 April 2022 | 16:06 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin

Intisari-Online.com - Setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, Uni Eropa langsung memberlakukan paket sanksi kepada Rusia.

Sanksi yang diberlakukan termasuk menyetop akses Rusia ke sistem pembayaran internasional SWIFT.

Uni Eropa mengatakan sanksi-sanksi itu dirancang untuk melumpuhkan kemampuan Kremlin membiayai perang.

Tak butuh senjata bagi Rusia untuk membalas sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa, namun balasan itu pastinya akan membuat Eropa kelabakan.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mematikan pasokan gas ke Eropa jika negara-negara menolak membayar dalam rubel mulai Jumat (1/4/2022).

Putin mengatakan dia telah menandatangani dekrit bahwa pembeli asing harus membayar dengan rubel untuk gas Rusia, melansir Daily Mirror, Jumat (1/4/2022).

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin juga mengatakan bahwa kontrak akan dihentikan jika pembayaran ini tidak dilakukan.

Langkah ini adalah tanggapan terkuat para pemimpin Rusia terhadap sanksi ekonomi besar-besaran yang telah dijatuhkan oleh Barat di Rusia setelah invasinya ke Ukraina.

Baca Juga: Dulu Vokal Kutuk Amerika dan Kini Lantang Kecam Rusia, Negara Seluas Jakarta Ini Bongkar Alasan Keberaniannya Lawan Raksasa, 'Ada yang Dipertaruhkan'

Baca Juga: Tak Ada Ancaman Dari Negara Manapun, Mendadak Vladimir Putin Ketakutan Sampai Buat Perintah Terbaru Perketat Penjagaan di Bagian Barat Rusia, Memang Apa yang Sedang Terjadi?

Seorang pejabat senior luar negeri Rusia mengatakan bahwa Uni Eropa akan terkena sanksi berat, lapor RIA.

"Tindakan Uni Eropa tidak akan tetap tidak terjawab ... sanksi yang tidak bertanggung jawab oleh Brussel (Uni Eropa) sudah berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari orang Eropa biasa," kata Nikolai Kobrinets.

Pemerintah Eropa menolak ultimatum Putin untuk pembayaran dalam rubel.

Penerima gas Rusia terbesar di benua itu, Jerman, menyebutnya "pemerasan".

Moskow, bagaimanapun, menawarkan mekanisme bagi pembeli untuk mendapatkan rubel melalui bank Rusia.

Pertikaian energi memiliki konsekuensi besar bagi Eropa ketika pejabat Amerika Serikat (AS) mengelilingi dunia untuk terus menekan Putin untuk menghentikan invasi lima minggu di Ukraina.

Eropa ingin melepaskan diri dari energi Rusia, tetapi hal itu berisiko meningkatkan kenaikan harga bahan bakar lebih lanjut.

Rusia memiliki sumber pendapatan utama yang dipertaruhkan bahkan ketika negara itu terhuyung-huyung dari sanksi.

Baca Juga: Padahal Ukraina yang Babak Belur Dihajar Rusia, Tetapi Negeri Tirai Besi Justru Sebut Ukraina Susahnya Bukan Main Diajak Negosiasi, Lantas Apa Maunya?

Baca Juga: Koleksi Barang Mewah dari Kulit Tahanan Nazi, Inilah Wanita Kejam Ilse Koch, Bahkan Tak Ada Tahanan yang Berani Melihatnya

Menghadapi perlawanan keras dari militer Ukraina, Putin telah memainkan salah satu kartu terbesarnya dalam permintaan pembeli energi Eropa.

"Mereka harus membuka rekening rubel di bank Rusia. Dari rekening inilah pembayaran akan dilakukan untuk pengiriman gas mulai besok," kata Putin.

"Jika pembayaran tersebut tidak dilakukan (dalam rubel), kami akan menganggap ini sebagai default dari pihak pembeli, dengan semua konsekuensi berikutnya ... kontrak yang ada akan dihentikan."

Pemerintah Barat mengatakan permintaan Putin untuk pembayaran rubel akan menjadi pelanggaran kontrak dalam euro atau dolar.

Perintah yang ditandatangani oleh Putin memungkinkan pelanggan untuk mengirim mata uang asing ke rekening yang ditunjuk di Gazprombank Rusia, yang kemudian akan mengembalikan rubel kepada pembeli gas untuk melakukan pembayaran.

"Rusia harus secara fisik menghentikan aliran gas ke UE 27 untuk memaksa masalah ini, menandai eskalasi besar yang bahkan tidak dilakukan pada puncak Perang Dingin. Ini akan menandai pukulan finansial besar lainnya bagi pundi-pundi Rusia," kata analis di Fitch Solutions.