Singapura juga mengambil sikap menentang invasi Amerika Serikat ke Grenada di Majelis Umum PBB pada tahun 1983.
“Kami memilih menentang mereka di PBB. (Itu) tidak berarti kami adalah musuh AS, tetapi kami tidak dapat menyetujui apa yang mereka lakukan,” tambahnya.
Demikian pula dalam kasus Ukraina, Singapura “bukan musuh Rusia”, kata Perdana Menteri dalam bahasa Mandarin dalam menanggapi pertanyaan terpisah dari media.
Singapura “tidak dapat mendukung atau memaafkan pelanggaran kedaulatan negara lain” dan harus “mengambil sikap”, tambahnya.
Lee juga mengatakan bahwa sanksi menandai “langkah besar” yang harus diambil untuk negara kecil seperti Singapura, dan rintangannya bahkan “lebih tinggi” bagi negara untuk menjatuhkan sanksi sendiri.
Perang di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, "belum berakhir" dan kedua pihak yang berkonflik belum mencapai kesepakatan yang akan membawa perdamaian, kata Lee.
“Dan saya percaya bahwa perjuangan militer akan terus berlanjut,” tambahnya.
Apa arti krisis bagi negara kecil seperti Singapura adalah kebutuhan untuk membangun pertahanan negara itu sendiri dan diperlengkapi dengan baik.
Tapi yang paling penting, kata Perdana Menteri, adalah keinginan untuk memperjuangkan rumah sendiri.
(*)