Find Us On Social Media :

Sibuk Perang di Ukraina, Rusia Rupanya Hadapi Ancaman Nyata dari Kelompok Teroris Ini di Dalam Negeri, Tempat Ini Hampir Diledakkan Bom

By Tatik Ariyani, Kamis, 24 Maret 2022 | 10:41 WIB

(ilustrasi) Kelompok Militan ISIS berulah kembali.

Intisari-Online.com - Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu masih berlanjut hingga kini.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia menyatakan tekad Rusia untuk mempertahankan kepentingannya, tanpa tawar-menawar dalam perundingan damai untuk menghentikan serangannya ke Ukraina.

"Kami tak akan tawar-menawar, kami melindungi kepentingan kami. Tujuan kami untuk demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina. Dan menurut Presiden kami (Vladimir Putin) itu akan terwujud," ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobyovo dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu (23/3/2022), melansir Kompas.com.

"Jika kami dapat melakukannya lewat cara diplomatik itu akan baik dan operasi (militer) akan langsung berhenti. Tapi jika kami tidak dapat melakukannya secara diplomatik kami akan melanjutkan," tegasnya.

Dia mengaku tidak bisa memberi tahu tanggal pasti kapan operasi militer Rusia akan berakhir, tetapi mengeklaim bahwa pihaknya juga berharap perdamaian bisa segera tercapai.

Sejauh ini Rusia masih menunggu hasil perundingan tingkat tinggi yang berjalan di Belarus.

"Itu bukan keinginan kami (perang), kami tidak menduduki Ukraina, kami tidak ingin menghancurkan Ukraina, kami tidak ingin menyakiti orang Ukraina. Kami tidak ingin melakukan itu."

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia juga membantah sejumlah gambar yang beredar, terutama soal berbagai kerusakan yang terjadi di Ukraina.

Baca Juga: Tak Tahu Menahu, Perusahaan China Ini Tiba-tiba Kena 'Semprot' Ukraina karena Produknya Digunakan Rusia untuk Tujuan Ini

Baca Juga: Nyawanya Sudah Jadi Incaran Tentara Pembunuh Bayaran, Lagi-lagi Zelensky Selamat dari Upaya Pembunuhan, Pelakunya Diduga 'Berhubungan' dengan Vladimir Putin

Rusia mengeklaim tidak banyak kerusakan yang terjadi. Pihaknya mengaku turut memberikan bantuan kemanusiaan dan membuka waktu untuk koridor kemanusiaan, termasuk bersedia menerima orang-orang dari Ukraina.

"Mereka bisa datang ke Rusia. Kami telah menerima sekitar seratus ribu orang Ukraina yang mau masuk ke Rusia," tambahnya.