Penulis
Intisari-Online.com – Sultan Selim I adalah seorang penakluk yang sukses, meninggalkan kekaisaran 70 persen pada akhir pemerintahannya.
Dia juga dikatakan membaca hingga larut malam dan menikmati diskusi yang tajam dengan para cendekiawan dan teolog.
Selim I dilahirkan di Amasya sekitar tahun 1470 pada masa kekuasaan kakeknya, Sultan Mehmed II atau juga dikenal dengan Muhammad Al Fatih.
Pada tahun 1481, ayah Selim naik takhta sebagai Sultan Bayezid II.
Selim I, yang merupakan putra bungsu Sultan Bayezid II, adalah penguasa Ottoman kesembilan dan berkuasa pada tahun 1512 sampai 1520.
Watak dan kepribadiannya yang keras menjadikannya mendapat julukan Yavuz Sultan Selim (Yavuz bisa berarti ‘keras’, ‘teguh’, atau ‘tegas’).
Dia memprovokasi perselisihan antara Sultan Bayezid dan saudaranya, Ahmed.
Pada 1512, ia menyatakan dirinya sebagai sultan ketika ia mengatur kudeta terhadap ayahnya dan membunuh saudara-saudara dan keponakannya untuk melenyapkan saingannya untuk tahta.
Tidak lama setelah berkuasa, dia memiliki lima keponakan yang berusia lima hingga 20 tahun dicekiknya, dan dua saudara lelakinya pun demikian.
Namun, dia juga mendapatkan julukan ‘Malaikat maut Selim’ dalam segala hal, melansir sky History.
Selim mendapat julukan terkenal itu setelah Wazir Agungnya dieksekusi hingga dia mendapatkan sumpah-serapah di kekaisaran dengan, “Semoga Anda menjadi Wazir Selim Malaikat Maut!”
Tujuh dari Wazir Agungnya mengalami pemenggalan kepala seketika di tangan para algojo yang selalu ada.
Bahkan terkadang sultan sendiri yang membunuh para pejabat yang melanggar aturannya itu.
Selim meninggalkan jejak ribuan mayat yang dipenggal ke mana pun dia pergi, entah itu dekat dengan rumahnya di Anatolia atau ketika memerintah negara-negara yang baru dikuasainya.
Pada tahun 1514 dia mengumpulkan ribuan ‘bidat’ dan dibunuh atau dipenjarakan.
Tiga tahun kemudian, ketika Salim merebut Kairo, lebih dari 50.000 penduduh dibunuhnya dengan pedang, setelah meletakkan senjata mereka.
Hilangkan nama Selim dari Mesir
Beberapa dekade setelah berakhirnya pendudukan Ottoman, Kairo menghilangkan Sultan Selim I dari jalan di Kairo sebagai cara untuk menyingkirkan nama-nama yang ‘tidak dapat diterima’ dan membedakan antara orang-orang yang menghargai Mesir dan yang menyerbu serta menjajah negara.
Melansir Egypt Today, kisah dimulai ketika Mohamed Sabry al-Daly, profesor sejarah kontemporer di Universitas Helwan, mengajukan permintaan resmi ke gubernur Kairo untuk mengubah nama Jalan Sultan Selim I di distrik Zaytoun di timur Kairo.
Mersir merupakan negara dengan masyarakat multikultural yang telah menghormati dan menerima orang-orang dari semua negara di seluruh dunia.
Oleh karena itu, banyak jalan di Mesir yang diberi nama sesuai karakter asing.
Sebagai peringatan 500 tahun invasi Sultan Selim ke Kairo dan berakhirnya era Mamluk di negara itu, pemerintah Mesir mengakui bahwa Sultan Selim I bukanlah simbol patriotik, melainkan seorang penjajah yang datang untuk menguasai Mesir dan memanfaatkan sumber dayanya.
Jalan ini dinamai Selim I pada paruh kedua abad ke-19, di bawah pemerintahan Mohamed Ali.
Era Sultan Selim I dibedakan dari era sebelumnya, karena penaklukannya beralih ke timur bukan Eropa Barat. Negaranya diperluas hingga terdiri dari Syam (Levant), Irak, Hijaz (Arab barat) dan Mesir. Dia sangat dihormati di Turki modern.
Sultan Selim I mencapai Mesir setelah dia menginvasi Suriah, dan dia mengirimkan tawaran rekonsiliasi kepada penguasa Tuman Bey dengan satu syarat: bahwa Tuman Bey harus mengakui otoritasnya, namun Tuman Bey menolak.
Pada tanggal 23 Januari 1517, Sultan Selim membunuh Tuman Bey dan menggantung tubuhnya selama tiga hari di Bab Zuweila, sebuah gerbang yang masih ada di tembok Kairo Lama, sampai burung-burung liar memusnahkan tubuhnya.
Dia berperang dan melakukan ketidakadilan terhadap rakyat Mesir, menghancurkan Kesultanan Mamluk, dengan Kairo sebagai ibukotanya, yang mencakup Hijaz, Syam dan Yaman, memecahnya menjadi negara-negara kecil yang berafiliasi dengan Kekaisaran Ottoman.
Selim I juga membubarkan tentara Mesir, yang mampu mengkonsolidasikan kekuatannya 250 tahun kemudian.
Beberapa pihak menyarankan untuk mengganti nama Sultan Selim dengan Ali Bey Al Kabir, yang dianggap sebagai komandan Mamluk pertama yang menghadapi Kekaisaran Ottoman, membangun kembali tentara Mesir dan memberikan kemerdekaan kepada Mesir dari Ottoman selama beberapa tahun.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari