Pada tahun 1941, Uni Soviet mencoba untuk melawan ini dengan memperkenalkan senapan Anti-Tank PTRS-41 Simonov baru yang dapat menembus lapis baja 40mm pada ketinggian 300 kaki (sekitar 91,5m).
Saat yang bersamaan, Jerman pun memperkenalkan medium tank Panzer IV Ausf.E yang memiliki frontal armor 50 mm.
Itu berarti tank hanya bisa diserang pada jarak yang cukup dekat dari samping atau belakang.
Ternyata, Simonov bukannya tanpa masalah, senjata ini sulit untuk digunakan, tidak dapat diandalkan, dan ‘ribet’ untuk dioperasikan karena beratnya hampir 21 kg, tidak mudah untuk membawanya berkeliling.
Uni Soviet pun mulai mencari solusi inovatif untuk melengkapi mereka dalam kemampuan anti-tank, akhirnya mereka memutuskan untuk mengerahkan anjing yang membawa bahan peledak untuk menyerang perut lembut tank musuh.
Rupanya gagasan menggunakan anjing sebagai anti-tank bukan hal baru bagi Uni Soviet.
Mereka melihat kemungkinan itu pada awal 1930-an dan memberi senjata itu dengan nama ‘ranjau anjing’.
Kelihatannya konyol, berpikir bahwa anjing pembawa bom bisa menjadi senjata yang layak, apalagi melawan tank.
Ada sejarah panjang tentang hewan yang digunakan secara imajinatif dalam peperangan.
Mulai dari gajah perang yang digunakan oleh Persia pada abad ke-3 SM hingga merpati pos yang digunakan selama Perang Dunia I untuk komunikasi jara jauh, keduanya sangat sukses.