Find Us On Social Media :

Kucing Jadi Hewan Sangat Penting di Mesir Kuno Bahkan Sampai Dimumikan dan ‘Menjaga’ Tuannya yang Dikebumikan Bersamanya, Bagaimana dengan Anjing?

By K. Tatik Wardayati, Senin, 7 Maret 2022 | 12:20 WIB

Begini perlakuan terhadap anjing pada masa Mesir Kuno, dimumikan bersama harta benda.

Intisari-Online.com – Kita ketahui bersama bagaimana orang Mesir Kuno dikuburkan bersama mumi kucing mereka sebagai bentuk persembahan kepada Dewi Bastet.

Kucing pun mendapat tempat yang istimewa bagi ranah spiritual orang Mesir Kuno.

Lalu, bagaimana dengan anjing, yang di masa modern juga menjadi hewan peliharaan?

Sering kita temui karya seni dan hieroglif mengungkapkan bagaimana hewan anjing berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dan sakral orang Mesir Kuno.

Bukti berlimpah dari lukisan di pemakaman, karya seni, serta tulisan yang mencerminkan bagaimana orang, di semua tingkat masyarakat, melindungi dan mencintai anjing.

Mereka menganggap anjing sebagai sahabat dan anggota keluarga.

Cermin tangan, dengan bingkai kayu dan gading, yang adalah milik Kerajaan Baru (1500 hingga 1800 SM), menggambarkan wanita muda yang memegang bebek, kucing, atau anak anjing di lengan mereka.

Dalam lukisan mural dari banyak makam, orang yang dimakamkan di situ ditampilkan dalam tindakan dari hidupnya, ditemani oleh anjingnya, yang kadang-kadang berbaring di bawah kursi tuannya, atau membantunya saat berburu.

Baca Juga: Indahnya! Terungkap Misteri Belati yang Indah Milik Firaun Tutankhamun yang Ditemukan dalam Muminya, Gagangnya Terbuat dari Emas Berbutir dengan Hiasan Batu Kristal, Namun Tidak Dibuat di Mesir

 Baca Juga: Beginilah Kehidupan di Dalam ‘Harem’ Kerajaan Mesir Kuno, Tempat Tinggal Ibu Suri, Ratu, dan Anak-anak, yang Bersaing dengan para Istri Sekunder Firaun

Dari makam di Lembah Para Raja, kerah anjing kulit dicat merah muda, hijau dan putih, dengan applique logam dalam bentuk kuda lompat, dan potongan-potongan ini dipamerkan di museum Kairo.

“Kehormatan besar diberikan kepada anjing”, tulis penulis biografi dan filsuf Yunani Plutarch (46-120 SM), yang menunjukkan bahwa kematian hewan peliharaan, yaitu burung, kucing atau anjing, “menghasilkan keributan besar”.