Penulis
Intisari - Online.com -Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan nuklir untuk bersiaga sejak hari Minggu lalu, menambahkan dimensi rumit dan mengkhawatirkan atas meluasnya konflik di Ukraina.
Pakar mengatakan hal ini menjadi pertama kalinya bagi Kremlin membuat pengumuman serangan nuklir sejak Federasi Rusia dibangun pada 1991.
Melansir The Washington Post, Rusia adalah negara pemilik nuklir terbanyak di dunia.
Pejabat AS menolak mengatakan apakah postur Pentagon telah berubah merespon pengumuman Putin.
Sekretaris Pers Gedung Putin Jen Psaki berbicara kepada MSNBC bahwa segera setelah itu AS memiliki "kemampuan untuk melindungi diri, seperti halnya NATO" sementara menggambarkan aksi Rusia sebagai peningkatan ketegangan untuk pembenaran aksi di Ukraina.
Sementara pakar mengatakan mereka tidak memperkirakan Putin berupaya melakukan serangan nuklir ke Barat atau serangan nuklir skala kecil di Ukraina, di mana pasukan konvensional Rusia memiliki keuntungan besar, mereka mengatakan fakta bahwa peringatan terjadi ketika sebuah konflik besar terurai di perbatasan NATO membuatnya menjadi lebih berbahaya.
Rusia memiliki 6000 hulu ledak nuklir, jauh lebih banyak dari milik AS yang kira-kira mencapai 5400 hulu ledak, menurut Federasi Ilmuwan Amerika.
"Kita dalam momen berbahaya. Betapa bahayanya, sulit dinilai," ujar Daryl Kimball, seorang direktur eksekutif dari Arms Control Association.
Yang telah berubah sejak perintah Putin
Pentagon sibuk mencoba mengartikan maksud Putin pada perintah Senin lalu.
Pasukan nuklir baik untuk AS dan Rusia selalu mempertahankan kesiapan dan kesiagaan sehingga perintah apapun bisa terlaksana dengan segera.
"Kami tidak yakin apa arti perintah ini. Ini bukan dalam maksud doktrin klasik, sehingga kami mengulasnya, melihat dan mengalanisa," ujar pejabat pertahanan senior AS, berbicara dari kondisi anonim di bawah aturan darat yang ditetapkan pemerintahan Biden, Senin lalu.
"Kami belum melihat apapun hasil dari pengumuman ini yang memberikan kami lebih sedikit kepercayaan diri dalam postur pertahanan kami."
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memberitahukan Putin bahwa personil tambahan telah dikirim ke posko komando nuklir, menurut laporan oleh Associated Press, tapi tidak jelas apakah ada perubahan terukur lainnya.
Bagaimana hal ini mengubah risiko kekerasan
Gerakan mengikuti peringatan Putin, dalam pidato minggu lalu umumkan operasi militernya di Ukraina, yang dilihat negara-negara di luar Rusia dan Ukraina bahwa Ukraina dapat menghadapi konsekuensi "yang belum pernah dilihat dalam sejarah," sebuah pernyataan yang banyak dilihat analis sebagai pertanda senjata nuklir akan digunakan.
Perang di Ukraina sudah merupakan lingkungan yang tegang dan mudah berubah.
Lebih banyak pesawat ada di udara, lebih banyak kapal ada di laut, dan saat militer Rusia dan Barat menghadapi satu sama lain di belahan dunia lainnya, tingkat kesalahan meningkat lebih tinggi.
"Ketika Anda memperkenalkan elemen pasukan nuklir, hal ini meningkatkan spektrum salah perhitungan melibatkan senjata nuklir," ujar Kimball.
Sementara doktrin militer Rusia menunjukkan potensi penggunaan senjata nuklir hanya dalam kondisi jika negara menghadapi risiko, beberapa pakar Rusia mengatakan pemicu sebenarnya mungkin jatuh di bawah ambang batas itu.
Salah satu solusi potensi adalah garis dekonfliksi, yang mana pemimpin komando AS dan Rusia telah gunakan di masa lampau untuk menyeru rekan mereka dan memberi tahu mereka mengenai aktivitas militer.
Panggilan ini telah dipakai sebelumnya, termasuk di Suriah, untuk meminimalisir risiko jet bertabrakan, atau pertengkaran lain yang tidak diinginkan.
"Tidak ada mekanisme dekonfliksi yang terjadi saat ini. Namun pastinya kami memahami pentingnya dekonfliksi terutama bahwa zona udara di atas Ukraina diperebutkan dan beberapa ekor zona udara sudah langsung masuk wilayah NATO," ujar sekretaris pers Pentagon John Kirby Senin lalu.
Tidak ada indikasi Rusia tertarik dalam upaya tersebut, tambahnya, mengatakan, "Ini akan menjadi jalan dua arah."
Baca Juga: Mengular Sepanjang 60 Km, Rusia Sempat Kerahkan Konvoi Militer Besar untuk Serang Kiev Ukraina
Apakah perintah serupa telah diambil di masa lalu?
Sampai sekarang, era pasca Perang-Dingin belum pernah melihat sebuah bangsa menyatakan status nuklir siaga untuk mengancam negara lain, papar Kimball.
Kimball juga menyebut aksi Rusia tidak diperkirakan dan tidak perlu.
Namun secara luas, menaruh pasukan nuklir untuk siaga guna menghadapi perubahan kondisi bukanlah hal baru dan sudah dilaksanakan di Perang Dingin beberapa kali, ujar Kimball.
Presiden Richard M. Nixon secara rahasia meningkatkan sikap nuklir pada 1969 dalam taruhan mendorong Sovet ke dalam konsesi atas Vietnam, yang ternyata tidak berhasil.
Pada tahun 1995, Rusia berusaha menghadang roket yang muncul di radar peringatan dingin terdeteksi di lepas pantai Norwegia dan dalam beberapa menit, Presiden Boris Yeltsin membawa koper komando nuklir hitamnya.