Salah Satunya Malah Pernah Dibikin Kocar-kacir oleh Pendiri Majapahit, Inilah Daftar Negara yang Pernah Permalukan Rusia dalam Perang

Khaerunisa

Penulis

Meski dikenal sebagai salah satu kekuatan top dunia, rupanya Rusia juga pernah dipermalukan dalam perang-perang yang dihadapinya ini

Intisari-Online.com - Rusia dikenal sebagai salah satu negara terkuat di dunia.

Kekuatan militernya terus menduduki posisi teratas, bersaing dengan negara-negara seperti Amerika Serikat dan China.

Meski begitu, rupanya Rusia juga pernah dipermalukan dalam perang-perang yang dihadapinya ini.

Beberapa di antaranya tak hanya membuat negara ini kehilangan sejumlah besar wilayahnya, tapi bahkan kelangsungan negara itu pun dipertanyakan.

Kerugian besar didapatkan Rusia dari kekalahan dalam perang-perang ini.

Negara mana saja yang pernah membuat Rusia mengalami kekalahan yang memalukan? Berikut ini sejumlah perang yang berbuah kekalahan Rusia.

1. Perang Krimea (1853 – 1856)

Rusia harus mengakui kekalahannya ketika melawan gabungan kekuatan Kesultanan Utsmaniyah, Kerajaan Sardinia, Perancis, dan Britania Raya.

Baca Juga: Sok Sangar Didukung Militer Israel Plus NATO, Negara Kecil Ini Nekat Gempur Wilayah yang Didukung Oleh Rusia, Tapi Endingnya Malah Gagal Total Juga Rugi Besar

Baca Juga: Pantas Ukraina Hingga NATO Mengutuk Upaya Rusia Untuk Merebut Kembali Ukraina, Terungkap Alasan Vladimir Putin Ngotot Rebut Ukraina, Ternyata Masih Tak Terima dengan Hal Ini

Pertempuran ini umumnya dikenal sebagai Perang Krimea. Sementara di Rusia dikenal dengan nama Perang Oriental, dan di Inggris dikenal dengan Perang Rusia.

Perang yang berlangsung antara 1853 hingga 1856 ini sebagian besar terjadi di Semenanjung Krimea, Turki, dan Laut Baltik.

Dimulai saat Rusia mengirim pasukan militernya ke wilayah Moldova dan Wallachia, yang saat itu menjadi bagian Kesultanan Utsmaniyah.

Menanggapi hal itu, Kesultanan Utsmaniyah segera menyatakan perang terhadap Rusia pada Oktober 1853.

Rusia berhasil memulai peperangan dengan satu musuh yang lemah, tapi terpaksa mengakhiri konflik dengan menderita kekalahan di tangan koalisi kekuatan besar.

Dari perang ini, Rusia tidak kehilangan banyak wilayahnya, tapi kehilangan hak untuk memiliki armada di Laut Hitam. Sistem keuangannya pun menderita dengan besarnya utang perang.

Selain itu, Rusia kehilangan pengaruhnya di Moldavia, Wallachia, dan Serbia.

Secara umum, perang tersebut sangat merusak reputasi internasional Rusia.

Baca Juga: Beda Cara Dengan Amerika yang Terus Berikan Peringatan Perang Sudah Makin Dekat, China Malah Mencak-Mencak Kutuk Negara-Negara Barat dengan Alasan Ini

Baca Juga: Begini Cara Menghitung Weton Sebelum Menikah Menurut Primbon Jawa

2. Perang Rusia-Turki (1710 – 1713)

Setelah kemenangan spektakuler Rusia di Poltava pada 1709, Raja Swedia Karl XII yang kalah melarikan diri ke kota Bendery di Bessarabia, yang berada di bawah Kesultanan Utsmaniyah.

Negosiasi sengit antara tsar Rusia dan Sultan Ahmed III terkait nasib raja Swedia menemui jalan buntu.

Di sisi lain, sang sultan sangat ingin mengusir orang-orang Rusia dari benteng Azov di pantai Laut Azov, yang berhasil direbut Pyotr Agung pada 1695 – 1696 dalam upayanya membuka akses Rusia ke Laut Hitam m elalui Selat Kerch.

Pada 1710, Kesultanan Utsmaniyah menyatakan perang terhadap Rusia, yang berujung pada Kampanye Sungai Pruth tsar Rusia.

Pada 1711, 38 ribu tentara Rusia yang dipimpin Pyotr Agung dikepung oleh 190 ribu tentara Utsmaniyah dan Krimea di Bessarabia.

Demi menghindari kehancuran, Pyotr terpaksa menerima persyaratan sang sultan yang menjadi momok bagi Rusia, yang kemudian diturunkan ke dalam Perjanjian Pruth dua tahun kemudian.

Rusia menyerahkan Azov kepada Kesultanan Utsmaniyah, menghancurkan semua benteng di pesisir Laut Azov, dan dengan demikian kehilangan akses ke Laut Hitam.

Baca Juga: Jasadnya Terlunta-lunta Selama 6 Dekade, Tsar Nicholas II Nyatanya Pernah Terbius Muslihat Penyihir Bejat Rasputin, Orang Suci nan Cabul yang Dikte Kekaisaran Rusia

Baca Juga: 'Ditenggelamkan ke Lautan Luas hingga Dicaplok Buaya,' Isi Kutukan Prasasti Mpu Sindok yang Baru Saja Ditemukan di Situs Gemekan Jawa Timur Punya Tujuan Tidak Sembarangan

3. Perang Livonia (1558 – 1583)

Perang Livonia dimulai ketika Ivan IV ingin menguasai pelabuhan utama Konfederasi Livonia dan memperkokoh pijakan Keharyapatihan Moskow di pesisir Baltik.

Periode pertama peperangan melawan Konfederasi Lovonia yang lemah ini berbuah manis bagi Ivan IV.

Pasukannya berhasil menguasai bagian penting wilayah Konfederasi Livonia, daerah Latvia dan Estonia modern saat ini.

Tetapi, kekuatan besar lainnya tak senang dengan perkembangan kekuatan tetangga timurnya.

Selama bertahun-tahun, Rusia berperang baik dengan Swedia maupun Keharyapatihan Lituania yang pada tahun 1569 bersatu dengan Polandia.

Perang yang meluas berlanjut selama lebih dari 20 tahun, dan berakhir dengan kekalahan besar di pihak Rusia.

Perekonomian negara hancur, dan populasi penduduk di wilayah barat laut menurun drastis.

Seluruh tanah yang semula diambil dari Livonia pun hilang dan terpaksa dikembalikan. Tak hanya itu, Keharyapatihan Moskow kehilangan daerah-daerah kekuasaannya di Finlandia dan sebagian besar wilayah pesisirnya di Teluk Finlandia.

Baca Juga: Beda Cara Dengan Amerika yang Terus Berikan Peringatan Perang Sudah Makin Dekat, China Malah Mencak-Mencak Kutuk Negara-Negara Barat dengan Alasan Ini

Baca Juga: Gawat! Ledakan Tembakan Besar Terdengar di Ukraina, Sesaat Setelah Rusia Menarik Beberapa Pasukannya, Apa yang Terjadi, Benarkah Perang Rusia-Ukraina Sudah Dimulai?

4. Invasi Mongol (1237 – 1240)

Kekuatan lainnya yang pernah membuat Rusia menelan kekalahan adalah Mongol.

Ini terjadi pada awal abad ke-13, ketika tentara Mongol menyadari bahwa Rusia terpecah belah dan tak mampu melawan invasi pasukan dari Asia yang kuat dan kompak.

Satu demi satu, wilayah-wilayah kepangeranan (negara yang diperintah oleh seorang pangeran atau putri) di daratan Rusia, jatuh di bawah kekuasaan Mongol.

Menjadi salah satu kekuatan yang pernah membuat malu Rusia, Mongol sendiri pernah dibuat kocar-kacir oleh siasat Raden Wijaya, pendiri Majapahit.

Pada abad yang sama, tepatnya pada 1293, sekitar 30.000 tentara Mongol pimpinan Kubilai Khan, dikirim ke Jawa dalam rencana serangan untuk menghukum Raja Kertanegara dari Singasari.

Tetapi rupanya, Raja Kertanegara sendiri sudah tewas oleh pemberontakan Jayakatwang. Maka, cerita berubah dengan Mongol membantu Raden Wijaya.

Pasukan Mongol diajak bekerja sama dengan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang dan akhirnya berhasil.

Tapi bukannya mendapatkan hadiah yang dijanjikan oleh Raden Wijaya, pasukan Mongol justru dibantai oleh pasukan Raden Wijaya.

Baca Juga: Rugi Jika Tak Tahu 3 Titik Pijat Batuk Pilek Ini, Bisa Atasi Batuk Pilek Tanpa Beranjak dari Kasur

(*)

Artikel Terkait