Penulis
Intisari-Online.com -Baru-baru ini, Sebuah prasasti dari era Mpu Sindok ditemukan di Situs Gemekan, Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
Prasasti ini ditemukan berkat hasil penggalian yang dilakukan tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur (BPCB Jatim) sejak tanggal 7 Februari hingga nantinya direncanakan berakhir pada 12 Februari 2022.
Kepada National Geographic Indonesia, Ageng Gumelar Wicaksono, seorang pemerhati cagar budaya dan pembelajar bahasa Jawa kuno secara otodidak mengatakan bahwa dia bisa membaca sebagian tulisan dari prasasti tersebut berdasarkan foto temuan prasasti yang dibagikan kepadanya.
Menurutnya, sebagian tulisan di prasati tersebut masih jelas terbaca, bahkan dalam foto.
Menurut penjelasan Ageng, ada nama Mpu Sindok yang tertulis di prasasti tersebut.
Tak hanya nama Mpu Sindok, Ageng juga melihat tulisan di salah satu prasasti itu berisi kutukan.
Menurut Ageng, narasi yang tertulis di salah satu sisi prasasti tersebut adalah sebagai berikut: Tutuḥ tuṇḍanya blaḥ ka... sbittakan wtaŋnya ranta... wkasakan ḍalmanya ḍuḍu -n paṅan dagiŋnya inum... tĕhĕr pĕpĕjdakan wkasaka... nan tika yan parâ riṅ ala... -nni moŋ patukn iṅ ulā pūla... Ni dewamanyuḥ yan para ri tga... -lappan i glap sampalann iŋ rākṣa... paṅanann iŋ wuil si pamuṅuan [i]ndaḥ ta kita kamuŋ hyaŋ kuśika gargga metrī kuruṣya pātāñjala suwuk lor suwuk kidul kuluan wetā -n buaṅakan riṅ ākāśa salambittakan i hyaŋ kabaiḥ tibâkan ri mahāsamudra klammakan riŋ ḍawu[han] alapan saŋ hyaŋ dalammer dudu- tann i tuwiran saŋhabann i wuhaya ṅkanan matya ikanaŋṅwaŋ anyāya... ...mbur ikêŋ lmaḥ sawa...
Kurang lebih artinya adalah sebagai berikut: Potong muncungnya, belah ke[palanya], robek perutnya sisakan jeroannya....makan dagingnya minum (darahnya), lalu lengkapi dengan sisakan..... jika menuju hutan dimakan macan dipatuk ular pūla..... oleh dewamanyuh jika pergi ke tegal (lapangan terbuka) disambar petir dirobèk-robèk olèh raksasa dimakan olèh wuil si pramunguan. indahkan wahai kalian hyang kuśika garga metrī kuruṣya pātāñjala pelindung arah utara, pelindung selatan, barat, timur buang ke angkasa dirobèk olèh hyang semuanya jatuhkan ke mahāsamudra (lautan luas) tenggelamkan di ḍawu[han]/bendungan bawalah sang hyang dalam air tarik (dibawa ikut) olèh tuwiran, dicaplok olèh buaya.....matilah orang tersebut [dengan cara] dianiaya.... mbur tersebut di tanah sawa....
Titi Surti Nastiti, epigraf sekaligus arkeolog Puslit Arkenas, membenarkan bahwa prasasti tersebut berasal dari masa Mpu Sindok berdasarkan tulisan yang terukir di sana.
"Saya baca ada angka 85..., dan nama Sindok. Jadi jelas dari masa Sindok," ujarnya saat National Geographic Indonesia menunjukkan foto penemuan prasasti tersebut.
Titi menambahkan, "Mungkin 853 (Saka), tapi harus dapat foto yang jelas baru bisa yakin."
Ia juga membenarkan bahwa tulisan di salah satu sisi prasasti tersebut berisi kutukan.
"Bagian ini (salah satu sisi sampingnya) yang isinya tentang kutukan. Intinya kutukan itu ditujukan kepada orang-orang yang berani merusak prasasti," katanya.
Kutukan semacam itu "biasa ditemukan di prasasti-prasasti lainnya dengan kalimat yang hampir sama."
Narasi kutukan semacam ini juga banyak dijumpai pada prasasti-prasasti dari masa sebelum Mpu Sindok.
Titi memberi contoh, "Misalnya prasasti Rukam dari masa Balitung."
Meski demikian, Titi menjelaskan, isi utama dari prasasti tersebut, yang tertulis di sisi depannya, tampaknya bukanlah kutukan.
"Isi prasasti bukan kutukan, biasanya mengenai tanah yang dijadikan tanah perdikan untuk bangunan suci atau keperluan lainnya. Kutukan hanya bagian dari prasasti."
Hal itu dilakukan supaya tidak ada orang yang berani merusak prasasti tersebut.
Sementara itu, Ichwan mengatakan pihak BPCB belum bisa mengkonfirmasi isi prasasti itu apakah berisi kutukan atau ada hal lainnya juga.
Ichwan mengatakan, "Nanti para ahli yang akan membacanya."
Meski demikian, ia mengatakan, prasasti ini jelas merupakan penemuan yang penting.
"Ini kan data primer soal sejarah di masa lalu. Ini data yang luar biasa. Sangat penting sekali bagi dunia sejarah. Prasasti ini menambah data historis arkeologi, melengkapi data-data sebelumnya."
Menurut Ichwan, prasasti ini juga penting karena berasal dari masa Mataram atau masa sebelum Majapahit (yang baru didirikan di akhir abad 13 Masehi) tapi ditemukan di wilayah ibu kota Majapahit di Jawa Timur.
Selain itu, prasasti ini tampaknya juga bisa menjadi bukti fisik bahwa Mpu Sindok benar-benar telah memindahkan pusat kekuasaan kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi.