Penulis
Intisari-Online.com -Rusia telah mengumpulkan puluhan ribu tentara di sepanjang perbatasan Ukraina dengan Rusia yang memicu kekhawatiran akan invasi.
Rusia membantah sedang merencanakan invasi ke Ukraina.
Namun, para pejabat AS mengatakan serangan dapat terjadi dalam beberapa hari atau minggu.
Kekhawatiran Barat semakin bertambah ketika Presiden Rusia Vladimir Putin sedang mempersiapkan manuver militer terbesar di Mediterania sejak berakhirnya Uni Soviet, melansir Express.co.uk, Selasa (8/2/2022).
Latihan itu, yang akan melibatkan 140 kapal dan total hampir 10.000 tentara, merupakan manuver militer terbesar sejak 1991, menurut outlet berita Eropa Heraldo.
Kapal-kapal telah mulai melintasi Selat Gibraltar sebagai persiapan untuk latihan.
Namun Rusia membantah bahwa itu adalah awal dari invasi ke Ukraina.
Dalam perkembangan terbaru, tiga kapal Rusia dari Armada Utara Putin tiba di Laut Mediterania hari ini.
Kapal perang "Marshal Ustinov", fregat "Admiral Kasatov" dan kapal perusak "Wakil Laksamana Kulakov" sempat melintasi Selat Gibraltar, Angkatan Laut Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Pada 4 Februari, Angkatan Laut Rusia juga melaporkan bahwa enam kapal pendarat dari armada Utara dan Baltik telah berlabuh di pelabuhan Tartus Suriah, yang menampung pangkalan angkatan laut Rusia.
Kapal-kapal tersebut akan mengambil bagian dalam latihan angkatan laut yang dipimpin oleh Kepala Staf Nacy Rusia Nikolai Yevmov.
Selain itu, Rusia dikabarkan tengah mencari dukungan China karena perselisihannya dengan Barat.
Untuk itu, seorang mantan Direktur CIA telah memperingatkan bahwa Xi Jinping akan "mempertaruhkan negaranya sendiri" jika China bersekutu dengan Rusia atas Ukraina,melansir Express.co.uk, Selasa (8/2/2022).
Mantan Direktur CIA Leon Panetta telah bereaksi terhadap laporan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mencari dukungan dari pemimpin China Xi Jinping dalam perselisihan Kremlin dengan Barat atas Ukraina.
Pancetta memperingatkan bahwa Xi "akan memikul tanggung jawab" jika China terlihat mendukung setiap langkah agresif oleh Rusia.
Panetta mengatakan kepada CNN: "Yah, Anda tahu, ada dua posisi yang terjadi di sini.
"Salah satunya adalah posisi Rusia, yang merupakan aksi militer, ancaman militer untuk menyerang negara berdaulat di Amerika Serikat dan sekutu kami telah mengambil posisi lain, yaitu mencoba menekankan pencegahan dan fakta bahwa Rusia akan membayar harga yang sangat mahal jika mereka memutuskan aksi militer."
"Dan diplomasi dengan harapan mereka mau duduk dan merundingkan solusi damai," lanjutnya.
"Rusia akan mencoba mendapatkan dukungan dari otokrat lain di China, Presiden Xi," tambah mantan direktur CIA itu.
"Saya pikir terus terang, Presiden Xi menempatkan negaranya sendiri dalam bahaya di sini.
"Karena jika pada kenyataannya, Putin memutuskan untuk berperang, dan menciptakan konsekuensi yang menurut intelijen dan pihak lain akan terjadi, maka jangan salah.
"Xi akan memikul sebagian tanggung jawab atas apa yang terjadi."