Find Us On Social Media :

Pantas Hanya Sedikit Bersuara di Tengah Konflik Rusia Ukraina, Ternyata China Punya Dua Muka, Selain Sebagai Sekutu Rusia Punya Kepentingan Besar Ini dengan Ukraina

By Afif Khoirul M, Selasa, 8 Februari 2022 | 13:30 WIB

Hubungan Rusia dan China. Presiden Rusia Putin dan pemimpin China Xi Jinping.

Intisari-online.com - Pertemuan Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing pada 4 Februari mewakili hubungan Rusia-China yang paling dekat dalam tujuh dekade.

Saat itu Putin memuji hubungan "yang belum pernah terjadi sebelumnya" antara kedua negara.

Dalam pernyataan bersama, kedua pemimpin mengeluarkan pesan menentang kegiatan ekspansif NATO di Eropa Timur.

Ini adalah pertama kalinya China secara terbuka mengambil sikap terhadap konflik Ukraina.

Namun menurut pengamat, China di satu sisi mendukung Rusia, di sisi lain masih berjabat tangan dengan Ukraina, baik untuk kepentingan ekonomi maupun teknologi militer.

Terletak di pantai Laut Hitam, Ukraina adalah pintu gerbang perdagangan antara Eropa dan Asia, dan merupakan salah satu pusat Inisiatif Sabuk dan Jalan China.

Pada 2013, Ukraina mulai mengekspor jagung ke China, pada 2019 menjadi pemasok terbesar, menyumbang 80% dari impor China.

Juga pada 2019, China melampaui Rusia untuk menjadi mitra ekonomi terbesar Ukraina. Pada tahun 2020, kereta api barang antara Ukraina dan China akan mulai beroperasi.

Baca Juga: Bukan Ukraina, Inggris, Apalagi Amerika, Vladimir Putin Malah Bocorkan Skenario Perang Rusia Dengan Prancis, Ulah Ukraina Ini Bisa Jadi Penyebabnya

Baca Juga: Benar-benar Siap Pasang Badan Jika Ukraina Digempur Rusia, Inggris Sukses Gagalkan Rencana Sempurna Vladimir Putin, Padahal Cuma Pakai Trik Sederhana Ini

Selain itu, China merupakan pembeli terbesar peralatan militer dan teknologi senjata dari Ukraina.

Kiev mewarisi sejumlah besar teknologi militer dari era Soviet, karena kesulitan ekonomi, ia menjual beberapa rahasia teknologi ke luar negeri, terutama ke Beijing.

Ukraina menyimpan rahasia untuk memproduksi sejumlah mesin inti untuk pesawat militer, mesin diesel untuk tank, mesin untuk kapal dan mesin roket.

China membeli mesin pesawat Ukraina untuk jet tempur J-11, yang diyakini tiruan dari pesawat tempur Su-27.

Angkatan Laut China juga membeli mesin Ukraina untuk kapal perusak.

Kapal induk China saat ini Liaoning dibeli dari Ukraina.

Sebaliknya, ketegangan dengan Ukraina membuat angkatan laut Rusia kesulitan karena tidak dapat membeli mesin untuk melengkapi kapal perang besar.

Pihak Rusia telah menghabiskan bertahun-tahun meneliti mesin baru tetapi tanpa hasil, yang menyebabkan angkatan laut Rusia saat ini hanya membangun kapal perang kecil baru.

Baca Juga: Tragedi Seperti Perang Vietnam Bisa Terjadi di Eropa, Terkuak Skenario Rahasia Militer AS Untuk Perang dengan Rusia di Ukraina, Jika Hal Ini Terjadi

Baca Juga: Tak Cukup Timbun Militernya di Perbatasan Ukraina, Militer Rusia Terciduk Citra Satelit Juga Timbun Pasukannya di Negara yang Jaraknya Cuma 50 KM Dari Ukraina Ini

Tahun lalu, China dan Ukraina menandatangani serangkaian perjanjian untuk bekerja sama dalam pembangunan infrastruktur, jalan, jembatan dan kereta api.

Pekan lalu, China memihak Rusia, memveto permintaan AS untuk mengangkat krisis Ukraina untuk dibahas di Dewan Keamanan PBB.

Sergiy Gerasymchuk, wakil direktur eksekutif Ukraina Prism, sebuah organisasi penelitian keamanan yang berbasis di Kiev.

Mengatakan China di satu sisi memihak Rusia dalam menghadapi tekanan dari AS dan sekutu Baratnya, tapi di sisi lain masih mengulurkan tangannya ke Ukraina.

"China tidak ingin menyinggung Rusia, tetapi juga ingin mempertahankan kemitraannya dengan Ukraina dalam kepentingan intinya," kata Gerasymchuk.

"Rusia berusaha membuat China memihaknya dalam ketegangan dengan Ukraina," kata Yurii Poita, kepala divisi Asia-Pasifik dari Organisasi Penelitian Geopolitik Baru yang berbasis di Kiev.

Akibatnya, China memihak Rusia dalam pertemuan PBB."

Namun, Yang Cheng, seorang ahli di Shanghai University of International Studies, mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina memiliki "nilai" mereka sendiri yang tidak dapat dipilih oleh China.

"China tidak dalam posisi yang sulit dalam hubungan dengan Rusia dan Ukraina," kata Yang.

"China selalu ingin situasi Ukraina diselesaikan melalui cara diplomatik, tanpa campur tangan kekuatan luar," imbuhnya.