Penulis
Intisari-online.com - Sebagian besar peninggalan kerajaan kuno di Indonesia menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta.
Namun, sebenarnya huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta ini bukan asli berasal dari Indonesia.
Meski sejumlah prasasti yang ditemukan di Indonesia, sebagian besar menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Ternyata aksara Pallawa dan Bahasa Sansekerta berasal dari India.
Meski demikian prasasti dengan bahasa Sansekerta ini ditemukan tidak hanya di beberapa bagian India selatan, tetapi juga di Myanmar dan Kamboja.
Aksara Pallawa, yang berevolusi dari Tamil-Brahmi, dapat ditelusuri kembali ke abad ke-4 Masehi.
Dalam makalah tahun 1969, sebuah jurnal akademis yang diulas sejawat di Asia Tenggara dan Indonesia, sarjana India Himansu Bhanu Sarkar.
Berpendapat bahwa naskah itu mungkin belum tentu diperkenalkansebagai Pallawa tetapidengan nama lain.
Baca Juga: Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang Jadi Peninggalan Sejarahnya
Ekspor aksara ke Asia Tenggara diyakini telah dimulai pada masa pemerintahan Mahendravarman I (600 M hingga 630 M), yang merupakan pelindung utama bahasa Tamil.
Kebijakan dua bahasa ini diadopsi oleh Kekaisaran Khmer.
"Prasasti India di Kamboja merupakan korpus terbesar dan terpenting di antara prasasti ekstra-India dalam bahasa Sanskerta," tulis Richard Salomon dalam bukunya Indian Epigraphy: A Guide to the Study of Inscriptions in Sanskrit, Prakrit, and the Other Indo-Aryan.
"Mereka berjumlah ratusan, termasuk beberapa yang sangat panjang dan berkisar dari sekitar abad kelima atau keenam hingga ketiga belas atau keempat belas," katanya.
"Sebagian besar dalam bahasa Sansekerta, termasuk banyak bilingual Sansekerta dan Khmer, selain banyak prasasti dalam bahasa Khmer saja, beberapa prasasti terlambat dalam bahasa Pali," tambahnya.
Prasasti tertua dalam aksara Khmer yang ditemukan di Kamboja berasal dari tahun 611 M.
Aksara, yang dikembangkan dari Pallawa, kemudian menyebar ke seluruh Kekaisaran Khmer ke Delta Mekong, ke bagian-bagian modern Laos dan Thailand.
Prasasti Sansekerta di Laos merinci insiden dari masa lalu Khmer negara itu.
Baca Juga: Ini Dia Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit Dari Dalam dan Luar Negeri
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kutai: Alasan Aswawarman Disebut sebagai Wangsakarta dari Kerajaan Kutai
"Catatan awal yang menarik (abad ke-5 M) adalah prasasti Vat Luong Kau dari Raja Devanika, yang mencatat fondasi tirtha Kurukshetra baru," tulis Salomon.
Aksara Khmer digunakan di Thailand tengah dan utara hingga digantikan oleh aksara Sukhothai, yang kemudian berkembang menjadi aksara Thailand modern.
Beberapa prasasti Khmer dan Sansekerta yang terkenal dari Kerajaan Khmer ditemukan di situs arkeologi di Thailand.
"Catatan yang sangat penting dari kelas ini adalah prasasti Sdok Kak Thom dwibahasa (Sansekerta dan Khmer) dari Udayaditya Varman, yang menceritakan secara rinci sejarah keluarga imam terkemuka dan hubungan mereka dengan raja-raja kontemporer selama dua setengah abad," menurut ke Salomon.
Aksara Pallawa juga mencapai semenanjung Melayu dan kepulauan Indonesia pada abad ke-8 Masehi.
Prasasti Sojomerto (abad ke-9 M) di Jawa Tengah adalah spesimen tertua dari bahasa Melayu Kuno, sebuah bahasa yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta dan memiliki beberapa kata Dravida.
Pada saat itu, sebagian besar Malaysia dan Indonesia modern adalah Hindu dan Budha.
Prasasti Sojomerto ditulis dalam aksara Jawa Kuno (Kawi), yang juga berasal dari aksara Pallawa.
Baca Juga: Inilah Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara dari Prasasti dan Lainnya
Prasasti itu, yang diyakini sebagai karya Shaivites, berbicara tentang kepala keluarga bangsawan bernama Dapunta Selendra, yang dianggap sebagai nenek moyang Dinasti Shailendra yang berkuasa yang memerintah Medang dan Sriwijaya.
Beberapa bahasa semenanjung Indonesia seperti bahasa Jawa, Bali dan Sunda menggunakan aksara yang berkembang dari aksara Pallawa.
Prasasti Jawa tertua yang masih ada berasal dari tahun 760 M, menurut Himansu Bhanu Sarkar.
"Ini adalah bentuk pengembangan dari aksara Pallawa dan kemudian dikenal dalam bahasa asli sebagai Aksara Buddha atau tulisan Buddhis," tulis Sarkar dalam makalah tahun 1969.
Dari Jawa, aksara tersebut menyebar ke bagian lain kepulauan Indonesia.
"Karakter Pallawa-Grantha, yang diadaptasi di Jawa, membuat saya percaya pada evolusi aksara nasional di beberapa pulau di sekitar Jawa," tulis Sarkar.
"Seperti yang terjadi pada aksara Sunda, Madura, dan Bali. Aksara Sumatera pada Abad Pertengahan juga diyakini telah berkembang dari aksara ini," imbuhnya.
Bahkan Filipina memiliki sistem penulisan yang merupakan varian dari aksara Pallawa.