Penulis
Intisari-online.com - Belakangan ini minyak kelapa sawit tengah menjadi sorotan karena harga minyak goreng yang naik.
Padahal untuk diketahui Indonesia adalah penghasil CP0 terbesar di dunia.
Selama puluhan tahun, industri kelapa sawit menjadi tumpuan komoiditas di Indonesia, karena keuntungannya yang tinggi.
Kontribusi minyak sawit juga tinggi ke devisa Indonesia.
Hal itu juga memunculkan orang-orang kaya di Indonesia, yang memiliki ratusan ribu hektar perkebunan sawit di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.
Perusahaan produsen minyak goreng kemudain menggarap perkebunan kelapa sawit di atas tanah negara yang diberikan melalui skema Pemberian Hak Guna Usaha (HGU).
Bahkan dalam HGU, perkebunan sawit berada di atas bekas lahan pelepasan hutan.
Namun, pemerintah tak bisa begitu saja meminta harga minyak goreng.
Selain itu, sejumlah besar pekebunan sawit di Indonesia juga banyak dikelola oleh investor Asing, yang kebanyakan dari Malaysia.
Mengutip Kontan, gurita investor Malaysia di perkebunan sawit di Indonesia cukup besar.
Menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), menyebut dari total lahan kelapa sawit yang ada di Indonesia sebesar 8,9 juta hektar.
Dengan investor asing menguasai hingga 40 persen.
Malaysia dikenal sebagai negara penghasil CP0 terbesar di dunia, kedua setelah Indonesia menguasai 3 juta hektar lahan di Indonesia.
Perusajaan besar yang memiliki perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara lain Sime Darby (Guthrie, Golden Hope, Sime Darby, KL Kepong, IOI, TH Plantations, dan Kulim.
Grup Khazanah yang biasa bergerak di sektor keuangan juga merambah bisnis sawit di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan sawit Malaysia yang berada di Indonesia juga membentuk organisasi bernama Persatuan Pelabur Perkebunan Malaysia di Indonesia atau Association of Plantation Investors of Malaysia in Indonesia (Apimi).
Oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) di sektor pertanian pada periode 2015 hingga pertengahan 2021 masih didominasi investasi perkebunan sawit.
Kepala Sub Direktorat Sektor Agribisnis Kementerian Investasi/BKPM Jumina Sinaga mengatakan investor asing PMA subsektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan di Indonesia paling besar, salah satunya berasal dari Malaysia atau sekitar 15,8 persen.
Selain Malaysia, investor asing yang membuka perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan persentase paling besar adalah Singapura.
"Hal ini sejalan dengan investasi perkebunan sawit yang sebagian besar berasal dari kedua negara tersebut," kata dia dilansir dari Antara.
Jumina menjelaskan, realisasi PMA sektor pertanian pada periode 2015-Maret 2021 mencapai 9,5 miliar dolar AS atau berkontribusi sekitar 5,2 persen dari terhadap total PMA di Indonesia.
Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada periode tersebut mencapai Rp 173,9 triliun atau berkontribusi 9,1 persen terhadap total PMDN di Indonesia.
"PMA sektor pertanian didominasi di Kalimantan dan Sumatera," kata Jumina.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mempertegas komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus bekerja sama dengan Malaysia terkait kebijakan kelapa sawit.
Hal ini disampaikan saat Airlangga melakukan pertemuan bilateral Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Zuraida Binti Kamaruddin di Jakarta, pada 24 Oktober 2021 lalu.
"Saya ingin mengakhiri dengan menegaskan kembali komitmen kuat Pemerintah Indonesia untuk terus bekerja sama dengan Malaysia. Saya percaya bahwa terlepas dari pandemi yang sedang berlangsung, ada banyak peluang yang harus dimanfaatkan kedua negara di tahun-tahun mendatang," ujar Airlangga dalam keterangannya.
Airlangga mengatakan bagi Indonesia, Malaysia merupakan salah satu mitra ekonomi utama dalam hal investasi dan perdagangan.
Selama semester I tahun 2021, Penanaman Modal Asing (PMA) yang berasal dari Malaysia mencapai 706,8 juta dollar AS dan tersebar di 1.324 proyek.
Dari sisi perdagangan barang, volume perdagangan bilateral antar negara telah mencapai 15,03 juta dollar AS pada tahun 2020 dan 13,43 juta dollar AS selama Januari hingga Oktober 2021.