Find Us On Social Media :

Ginar Santika Niwanputri: Menikmati jadi Guru

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 12 Mei 2016 | 18:15 WIB

Ginar Santika Niwanputri: Menikmati jadi Guru

Selama mengajar di Balam Jaya, Ginar tinggal bersama keluarga angkat. Ibu angkat Ginar, Yani, adalah seorang guru sementara ayah angkatnya, Misnan, berprofesi sebagai carik. Suami-istri ini memiliki tiga anak laki-laki yang masih kecil. So, Ginar seakan mendapat adik dan keluarga baru.

Kebetulan, desa Balam Jaya merupakan desa transmigran yang mayoritas penduduknya berasal dari Jawa Tengah. Mau tak mau Ginar jadi ikut belajar bahasa Jawa. “ Sekarang saya dah ngerti nih, udah enggak bisa diboongin sama orang Jawa, karena saya udah ngerti,” tuturnya senang.

Melatih tenis meja

Setahun mengabdi di Tulang Bawang Barat memberikan banyak cerita menarik. Salah satunya, Ginar  berhasil melatih murid perempuan SDN Balam Jaya sehingga bisa menembus babak semifinal turnamen tenis meja se-Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Prestasi ini mengejutkan. Sebab sebelumnya SDN Balam Jaya tak pernah mengikuti lomba tenis meja di Olimpiade Olahraga Sekolah Dasar Nasional (O2SN) tingkat kabupaten. Guru olahraga berdalih murid-muridnya tak ada yang bisa bermain tenis meja.

Akan tetapi, khusus kali ini, Ginar memaksa agar murid-muridnya didaftarkan. Permintaan itu akhirnya diluluskan. Tapi dengan syarat, harus ada orang yang bisa menjadi pelatih. Bagi Ginar tidak masalah. Maklum, semasa kuliah ia pernah menyabet gelar juara ke-3 lomba tenis meja tingkat kampus.

Tak dinyana, tim putri SDN Balam Jaya berhasil. Sebuah prestasi luar biasa, mengingat proses latihannya cuma 10 hari!

Sebenarnya bukan gelar juara atau prestasi siswa di O2SN yang dikejar Ginar. Di matanya, partisipasi anak-anak dalam sebuah kompetisi sekadar sarana melatih mentalitas berkompetisi. Selain itu anak-anak juga diajari bagaimana menyikapi kekalahan dengan sportif.

Tak terasa, setahun berlalu sudah. Kehadiran Ginar memberi kesan mendalam bagi anak-anak yang pernah diajarnya. Hal itu terlihat dari derai air mata para murid saat mengantar kepulangan Ginar.

Demikian pula Ginar. Setahun mengajar telah memberikan pengalaman tak terlupakan sepanjang hayat. Ia mengaku sering diterpa rindu. Tapi Ginar juga sadar bahwa ia dikirim ke Tulang Bawang Barat bukan untuk hidup di sana. Ia hanya melaksanakan tugas sebagai generasi muda yang terpanggil untuk ikut melunasi janji kemerdekaan. (*)