Find Us On Social Media :

Ibu Teresa Resmi jadi Santa: Sebuah Panggilan dalam Panggilan (2)

By K. Tatik Wardayati, Senin, 5 September 2016 | 18:20 WIB

Ibu Teresa Resmi jadi Santa: Sebuah Panggilan dalam Panggilan (2)

"Seseorang menitipkan amplop ini untuk Suster. Ia bersimpati pada proyek yang sedang Anda kerjakan," ujarnya. Isinya lima puluh rupee.

Saat itu juga Teresa semakin yakin bahwa kerjanya direstui oleh Yang di Atas. Itu mempertebal keyakinannya bahwa dengan bersandar pada bimbingan-Nya, tak ada masalah yang perlu dikhawatirkan.

Maka demikianlah, sementara sebagian orang di dunia semakin terobsesi oleh uang dengan segala macam manifestasinya, Ibu Teresa dan anak buahnya seolah-olah sebuah koloni masyarakat tersendiri yang berbeda. Semata-mata karena iman ia dengan santai bisa berkata, "Kami tak pusing soal uang. Uang selalu datang sendiri. Tuhan yang mengirimnya. Kami yang bekerja, Tuhan yang menyediakan sarananya. Bila sarana sampai tak tersedia, berarti Dia tidak berkenan. Untuk apa khawatir?"

Suatu hari datang ketua dari Hindustan, Lever, yang ingin menyumbangkan gedung. Iseng-iseng ia ingin tahu,

"Ibu, bagaimana Anda mengatur pembiayaan proyek-proyek  Ibu?"

Dijawab dengan sederhana, "Siapa yang menyuruh Anda kemari?"

"Dorongan hati saya," ujarnya.

"Nah, banyak orang  lain juga seperti Anda. Mereka datang demikian saja kepada saya untuk menyumbangkan ini itu. Itulah anggaran belanja saya," sahut Ibu Teresa.

Setiap hari demikian banyak biaya harus dikeluarkan untuk menanggung makanan dan pengobatan serta perawatan orang miskin. Demikianpun belum pernah rumah Ibu Teresa menolak orang karena kehabisan dana. .

Berilah sampai terasa sakit

Namun pernah terjadi, suatu hari seorang suster melapor kepada Ibu Teresa, "Ibu, persediaan beras untuk hari Jumat dan Sabtu ini sudah habis."  

Ibu Teresa agak herah. Ini belum pernah terjadi.