Find Us On Social Media :

Ibu Teresa Resmi jadi Santa: Sebuah Panggilan dalam Panggilan (2)

By K. Tatik Wardayati, Senin, 5 September 2016 | 18:20 WIB

Ibu Teresa Resmi jadi Santa: Sebuah Panggilan dalam Panggilan (2)

Intisari-Online.com – Ibu Teresa kini telah menjadi salah satu tokoh karismatis yang dikagumi dan dihormati. Setiap tahun jutaan dolar mengalir untuk kegiatan sosialnya. Namun menjadi seorang Ibu Teresa ternyata jauh dari mudah, apalagi "enak". Apa yang menggerakkan wanita mungil ini, sehingga semangatnya tak pernah patah?. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 1997, dalam rubrik Cukilan Buku, oleh Lily Wibisono.

--

Namun sungguh alangkah sepinya perjuangan awal itu. Sendirian ia menyusuri jalan-jalan Kalkutta, mendatangi lingkungan kumuh. Ia dipandang aneh oleh dunia, bahkan ada sesama biarawan yang belakangan mengakui ia sempat mengira Sr. Teresa sinting.

Ada bekas muridnya yang menangis begitu melihat suster kepala sekolah yang tadinya penuh wibawa berubah penampilannya jadi wanita India yang miskin. Tapi inilah cara Teresa mengidentikan dirin dengan sasaran karyanya. “Untuk mengerti kaum miskin, jadilah miskin seperti mereka,” begitu paparnya. Konsentrasinya yang deimikian terfokus tak memberi tempat bagi hal remeh-temeh macam pandangan orang tentang betapa anehnya ada wanita Eropa (masa itu) memakai sandal tanpa kaus kaki!

Baru Februari ia mendapat tumpangan di rumah Michael Gomes di 14 Creek Lane. Hanya sebuah kamar di lantai dua. Selain bimbingan yang terus-menerus dari Pastor van Exem; ia juga dibantu Charur Ma, seorang janda, bekas koki di Loreto Entally. Sedikit-sedikit sumbangan mulai mengalir dan Teresa membelanjakannya bersama Charur Ma.

Kadang-kadang  ditemani keluarga Gomes ia mencari sumbangan obat. Bulan berikutnya, Subashini Das, bergabung disusul beberapa minggu kemudian oleh Magdalena Gomes (dari keluarga Gomes lain). Keduanya bekas anak didik di St. Mary, yang kemudian beralih nama menjadi Sr: Agnes dan Sr. Gertrude, dua biarawati pertama dalam kongregasi yang bakal didirikan Sr. Teresa. Hanya dalam beberapa bulan, ada 10 gadis yang membantu kerja Teresa. Hampir semuanya jebolan St. Mary's, malah empat orang belum lulus. Termasuk Sr. .Gertrude, yang membuat marah seluruh keluarga sampai dikucilkan selama 2 tahun.

Tak pusing soal uang

Tahun 1949 Teresa menjadi warga negara India. Missionaries of Charity atau Misionaris Cinta Kasih (MC) diresmikan oleh Paus sebagai kongregasi baru pada 7 Oktober 1950 dengan kaul untuk hidup miskin, suci, taat, mau memberi serta melayani kaum yang termiskin. Sebagai pendiri dan pemimpinnya, Sr. Teresa disebut Ibu Teresa. Sejak itu ia dan anak-anak buahnya membubuhkan huruf MC di belakang nama mereka.

Dua tahun lewat, sudah ada 28 orang gadis yang mengikuti Ibu Teresa. Pihak keuskupan kemudian membelikan asrama baru untuk mereka di 54A Circular Road. Februari 1953 Gedung yang terletak di tengah keramaian kota ini kemudian menjadi nukleus kegiatan MC. Metode kerja Ibu Teresa boleh dibilang bertolak belakang dengan prinsip kerja manusian modern. “Kami bekerja tanpa rencana. Pokoknya, di mana ada derita manusia, ke sanalah kami pergi.”

Saat pertama kalinya menyusuri jalan-jalan kumuh di Kalkutta sekeluarnya dari Loreto, ia dihampiri seorang imam.

"Suster, berilah sumbangan untuk pers Katolik," begitu kira-kira ucap si imam.

Sumbangan? Tadinya ia punya 5 rupee, tapi yang empat rupee sudah didermakah ke fakir miskin. Tersisa satu rupee. Sempat ragu sejenak, berpindah tangan juga yang  satu rupee itu. Sorenya, imam itu datang kembali. Kali ini membawa amplop.