Penulis
Intisari-Online.com - Ini adalah kisah Raja Salomo.
Raja Salomo adalah raja Israel ketiga yang memerintah sekitar tahun tahun 968 hingga 928 SM.
Dikatakan sang raja memiliki lebih dari 1.000 istri. Itu sendiri terdiri dari 700 istri dan 300 gundik.
Dilansir darithevintagenews.com pada Kamis (27/1/2022), istrinya termasukputri Firaun Mesir dan putri lainnya.
Serta wanita yang berasal dari Amon, Edom, Sidon, Moab, dan orang Het.
Hanya saja, satu-satunya pasanganyang disebutkan namanya dalam Alkitab adalah Naamah orang Amon.
Ini karena dia merupakan ibu dari pewaris Salomo, Rehoboam.
Dia juga diyakini memiliki hubungan dengan Ratu Sheba yang sama terkenalnya.
Ratu Sheba adalah sosok yang pertama kali disebutkan dalam Alkitab Ibrani.
Menurut tradisi Ethiopia, dia melahirkan seorang putrabersama Raja Salomo, dan putra ini akhirnya menjadi Menelik I, Raja Aksum.
Apa yang membuatRaja Salomo memiliki banyak istri?
Salah satu alasan Raja Salomo memiliki begitu banyak istri mungkin karena kebijakan luar negerinya yang agresif.
Pada zaman kuno, bukanlah hal yang aneh bagi seorang raja untuk memberikan seorang putri atau kerabat dekat perempuan mereka kepada raja lain.
Sebab sebagai bagian dari persyaratan perjanjian.
Jadi tidak heran, setiap kali sebuah perjanjian, mana Raja Salomo mungkin berakhir dengan istri baru.
Sebab pernikahan telah menjadi cara paling umum bagi para penguasa untuk mencoba mengamankan hubungan damai dengan musuh potensial.
Tapi rupanya tidak semua pernikahannya membawa hal baik.
Rupanya ada juga yang ingin menghancurkan Salomo melalui aliansi pernikahan.
Oleh karenanya, Raja Salomo tidak pernah menikahi seorang wanita asing.
Sebab ada dugaan banyak penguasa lain yangmenggunakan motif wanita asing yang berbahaya untuk mengutuk Salomo.
Larangan untuk tidak menikahi wanita asing juga dikarenakan mereka dianggap sebagai sumber masalah yang potensial.
Ini karena mereka mungkin tidak selalu mengadopsi budaya dan nilai-nilai suami mereka dan tempat tinggal baru mereka.
Jika mereka memilih untuk terus mempraktekkan adat dan kultus asli mereka, mereka akan mewariskannya kepada anak-anak mereka dan mungkin juga mempengaruhi suami mereka untuk mengadopsi beberapa praktik non-Israel juga.
Kesetiaan dan identitas dengan tradisi Israel akan terancam.
Dalam literatur alkitabiah, wanita asing, rayuan, pelacuran, ketidaksetiaan seksual, dan kultus kesuburan sering dikaitkan bersama.
Namun tidak semua wanita asing dipandang jahat.
Ada jugagambaran positif tentang wanita asing.
Misalnya mereka menunjukkan perilakunya adopsi masyarakat dan agama Israel dan memperoleh penerimaan di komunitas barunya.