Penulis
Intisari-Online.com -Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7.
Kerajaan Sriwijaya terletak di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan.
Sriwijaya mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa, yang berkuasa pada abad ke-9.
Pada masa kejayaannya, Sriwijaya mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka dan daerah kekuasaannya meliputi Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa.
Selain itu, kebesarannya juga dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, seperti bidang maritim, politik, dan ekonomi.
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11.
Setelah keruntuhannya, tersisa banyak peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti Prasasti dan Candi serta harta lainnya yang masih dicari hingga kini.
Sayangnya, harta peninggalan Sriwijaya tersebut kerap diburu untuk dijual demi mendapatkan uang.
Tahun 2019 lalu, masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, berbondong-bondong memburu harta karun di lahan bekas kebakaran hutan dan lahan.
Harta karun yang diyakini peninggaan Kerajaan Sriwijaya itu berupa cincin, manik-manik, hingga lempengan yang terbuat dari logam mulia, emas.
Menurut arkeolog, temuan itu memiliki nilai sejarah tinggi karena usianya bisa jadi sebelum Kerajaan Sriwijaya ada.
Namun, masyarakat pemburu harta karun memilih untu menjualnya ke toko emas demi mendapatkan uang kontan.
Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, di Thailand peninggalan Sriwijaya diabadikan di museum, sehingga pengunjung bisa mempelajari sejarah kerajaan tersebut.
Museum Nasional Bangkok, Thailand, memfasilitasi pengunjung untuk berlajar tentang sejarah, budaya, dan seni Thailand melalui koleksi artefak, perhiasan, dan tembikar langka dari prasejarah hingga era Sriwijaya.
Dalam museum ada ruang-ruang yang dikhususkan untuk mempelajari sejarah dari berbeda, termasuk Ruang Sriwijaya.
Di Ruang Sriwijaya, dapat dibagi menjadi tiga zona untuk menggambarkan bagaimana pengaruh Sriwijaya meluas ke kota-kota pesisir selatan Thailand, melansir Bangkok Post (11 November 2021).
Kembali pada abad ke-3, 10 pemukiman di garis pantai Teluk Thailand merupakan pusat perdagangan terkemuka bagi pedagang laut India dan China, yang menghasilkan pertukaran budaya.
Menurut prasasti, Kerajaan Sriwijaya berkembang di Teluk Thailand dari abad ke-8 hingga ke-13 dan memperluas wilayahnya ke Indonesia.
Kesenian Sriwijaya merupakan perpaduan antara gaya Gupta, Post-Gupta dan Pala-Sena yang menggunakan bahan utama batu dan perunggu, serupa dengan kesenian di pulau Jawa dan Sumatera.
Selain pengaruh seni India, gaya Dvaravati dan Khmer juga ditampilkan di banyak situs bersejarah dan artefak di sepanjang wilayah pesisir ini.