Penulis
Intisari-online.com - Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan kuat yang pernah berdiri di Indonesia sebelum Majapahit.
Menurut catatan kuno, Sriwijaya memiliki pengaruh luas mencakup Asia Tenggara, terkenal sebagai kerajan dagang dan maritim.
Namun, Sriwijaya pernah berselisih dengan kerajaan dari India karena kesalahpahaman, hingga menyebabkan jatuhnya Sriwijaya.
Menurut Freemalaysiantoday, penyebabnya adalah kedatangan Dinasti Chola dari India yang memasuki wilayah perairan Asia Tenggara.
Kembali ke masa 300 SM, ketika dinasti Tamil Chola pertama kali muncul di India selatan.
SetelahmenjelajahSamudra Hindia, Chola secara bertahap mengukir kerajaan maritim dan perdagangan yang kuat, memanfaatkan posisi mereka sebagai titik tengah antara China dan Roma.
Saai itudimulailah zaman keemasan Tamil yang dilambangkan dengan seni dan budaya yang berkembang.
Namun, Chola tidak seganuntuk menggunakan peperangan di dalam penjelajahan mereka.
Seperti yang terjadi, Rajendra Chola I, juga dikenang sebagai Rajendra Agung, adalah satu-satunya kaisar yang memiliki banyak ambisi militeristik.
Sebagai Putra Mahkota, ia secara efektif menyatukan India selatan dan Sri Lanka di bawah pemerintahan Chola.
Dia kemudian menginvasi India utara pada 1023 M, mencapai Sungai Gangga yang suci di manaia membangun tangki untuk menandai pencapaiannya.
Selama waktu inilah ia mengarahkan pandangannya melintasi Samudra Hindia, khususnya menuju Kepulauan Melayu.
Pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya adalah kekuatan dominan di Kepulauan Melayu, wilayahnya terdiri dari Sumatra, Semenanjung Malaya, dan sebagian Jawa.
Terlepas dari hubungan perdagangan yang ada, hubungan Chola dan Sriwijaya menjadi dingin setelah Jalur Sutra yang terkenal mulai mengalami peningkatan lalu lintas yang drastis, karena tingginya permintaan produk Cina.
Tak hanya itu Sriwijaya juga memberikan perlakuan khusus pada China karena kedekatannya dengan China, dan memperlakukan Chola secara berbeda.
Hal ini, pada gilirannya, mempengaruhi sumber pendapatan Chola, dan menurut beberapa sumber.
Baca Juga: Inilah Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang Masih Ada, Apa Saja?
Kerajaan Sriwijaya juga menekan serikat-serikat dagang Tamil di pelabuhan-pelabuhan lokal.
Taktik ini segera mendorong Rajendra untuk merencanakan serangan terhadap Sriwijaya dan untuk keberuntungannya, situasi yang berguna segera muncul pada tahun 1025 M.
Sekutunya, Kerajaan Angkor, meminta bantuan militer dalam perang mereka melawan Tabralinga, sebuah negara bagian di Thailand selatan yang merupakan sekutu Sriwijaya.
Dengan alasan itu, Rajendra resmi berperang dengan Sriwijaya.
Rajendra mulai merakit armada yang berteknologi maju pada masanya, dipandu oleh pembuat kapal veteran China dan Arab, kapal dikatakan dilengkapi dengan senjata yang menyerupai penyembur api.
Dengan armadanya yang siap berperang, ia berlayar ke timur menuju Selat Melaka di mana angkatan laut Sriwijaya menunggunya di lepas pantai Kedah.
Tanpa sepengetahuan Sriwijaya, Rajendra membagi angkatan lautnya menjadi dua, mengirimkan armada utamanya mengelilingi pulau Sumatera, sedangkan armada sekunder mengalihkan perhatian musuh.
Ini adalah langkah yang cerdik dan tidak terduga, karena perairan di selatan Sumatra sangat berbahaya selama musim hujan.
Baca Juga: Alasan Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim
Setelah selamat dari rute berbahaya, Chola kemudian mengincar dan menjarah Palembang, ibu kota Sriwijaya selatan.
Akhirnya, armada Sriwijaya tak jauh dari Kedah diserang dari kedua sisi dan dikalahkan dengan telak, meninggalkan Kedah, yang saat itu dikenal sebagai Kadaram.
Dengan Sriwijaya yang dalam keadaan kacau, Chola mengambil waktu mereka untuk menaklukkan Tambralinga, membantu sekutunya Angkor.
Invasi Chola mengakhiri dinasti yang berkuasa di Sriwijaya, melumpuhkan kerajaan yang dulunya kuat dan menjadi saingan regional.
Cholamemiliki niatmenyerang bukan untuk menaklukkan dan melumpuhkan, alhasil dengan dominasi mereka, Chola terus mempengaruhi politik Asia Tenggara selama bertahun-tahun.
Beberapa sumber menyatakan bahwa Rajendra juga menikahi seorang putri Sriwijaya, menambah legitimasi klaim Chola dalam perselisihan di masa depan.
Kedah juga diserang lagi, lebih dari 50 tahun kemudian oleh cucu Rajendra karena sengketa suksesi.
Hingga kini,sedikit yang disebutkan tentang konflik ini, baik itu dalam buku-buku sejarah India atau Malaysia.
Tetapi itu jelas merupakan pengingat dari banyak peristiwa sejarah yang kurang dikenaltapi telah membentuk dunia kita.