Find Us On Social Media :

Omicron di Indonesia Tembus 748 Kasus, Para Ahli Memprediksi Bahwa Ini Bukan Varian Terakhir yang Akan Muncul, Apakah Selanjutnya Lebih Buruk?

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 17 Januari 2022 | 13:31 WIB

Ilustrasi - varian baru virus corona.

Intisari-Online.com - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi mengumumkan tambahan kasus Omicron di Indonesia, sehingga totalnya menjadi 748 orang per Sabtu, (15/1/2022).

Dia mengungkapkan, mayoritas kasus terkonfirmasi Omicron di Indonesia berasal dari pelaku perjalanan luar negeri yakni sebanyak 569 kasus, serta transmisi lokal sebanyak 155.

Ya, tahun baru 2022 ternyata membawa gelombang kasus Omicron, tetapi apakah ini akan menjadi varian terakhir?

Para ahli mengatakan kepada Live Science, Rabu (12/1/2022), bahwa mereka tidak akan terkejut jika varian virus corona baru yang merepotkan muncul lagi tahun ini.

Tetapi sulit untuk memprediksi seberapa cepat varian itu akan menyebar dan seberapa berbahayanya.

Varian omicron lebih unggul dari delta karena sangat menular dan dapat menembus kekebalan tubuh orang yang sudah divaksinasi dan sebelumnya terinfeksi.

"Tidak ada alasan untuk percaya bahwa virus telah kehabisan ruang, secara genetik," kata Kartik Chandran, seorang ahli virus dan profesor mikrobiologi dan imunologi di Albert Einstein College of Medicine di New York City.

Tetapi sementara varian masalah berikutnya dapat dengan mudah menyebar dan mengecoh sistem kekebalan, lintasan untuk sifat-sifat lainnya, seperti virulensi – tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh virus – masih belum jelas.

Baca Juga: Gawat, Tak Hanya Varian Omicron, Rupanya WHO Peringatkan Ada Mutasi Covid-19 yang Lebih Serius, Varian Baru Virus Corona Ini Mengandung 46 Mutasi

 Baca Juga: Bukannya Menghindar, Ahli Sebut Infeksi Covid-19 Varian Omicron Justru Bisa Bikin Dunia Kembali Normal, Ini Alasannya

Seperti apa varian berikutnya yang dikhawatirkan?

Mengingat tingkat infeksi virus corona saat ini di seluruh dunia, dan tingkat mutasi SARS-CoV-2, "dapat diprediksi bahwa varian baru akan muncul," Karen Mossman, seorang profesor patologi dan kedokteran molekuler di McMaster University di Ontario.