Penulis
Intisari-online.com - Baru-baru ini seekor tikus yang dicintai warga Kamboja mendadak menjadi perbincangan.
Tikus bernam Magawa itu dikabarkan baru saja mati, dan membuat sedih banyak orang.
Sementara tikus dikenal sebagai hewan yang menjijikan, hewan ini justru dihormati banyak orang.
Alih-alih dibunuh oleh manusia karena dianggap hama, Magawa seekor tikus yang baru saja mati di Kamboja, justru digandrungi banyak orang.
Menurut organisasi nirlaba internasional APOPO, Magawa meninggal pada akhir pekan, pada usia 8 tahun.
Hal ini menimbulkan duka para anggota organisasi dan masyarakat setempat.
Beberapa hari sebelum kematiannya, tikus Kamboja itu masih sangat sehat, masih bermain.
Tetapi pada akhir minggu ia menjadi lebih lemah, lebih banyak tidur dan tidak lagi tertarik pada makanan sampai hari terakhir, demikian pengumuman dari APPO.
"Kami semua di APPO berduka atas Magawa dan berterima kasih atas semua yang dia lakukan saat dia masih hidup," kta organisasi itu.
"Berkat kontribusi Magawa, komunitas di Kamboja dapat hidup, bekerja dan bermain dengan aman," lanjut APOPO.
Alasan kematian seekor tikus menarik perhatian adalah karena Magawa bukanlah seekor tikus sembarangan.
Ini memiliki kemampuan mengendus ranjau yang sangat baik.
Organisasi APOPO yang berbasis di Belgia berspesialisasi dalam melatih tikus besar mirip Afrika ini untuk mendeteksi ranjau darat.
Kemampuannya bisa mengurangi bahaya bagi mereka yang berurusan dengan akibat perang.
Pekerjaan ini sangat berbahaya, setiap minggunya, tiga orang Kamboja yang bekerja sebagai penyapu ranjau tewas.
Setelah beberapa dekade perang saudara, Kamboja adalah salah satu negara yang menderita akibat ranjau darat yang berat.
Dengan lebih dari 1.000 kilometer persegi tanah dan ranjau darat berserakan.
Saat masih hidup, Magawa mengendus lebih dari 100 ranjau darat dan bahan peledak di Kamboja.
Dia adalah tikus pertama yang dianugerahi medali emas oleh organisasi Inggris untuk "keberanian dan dedikasi untuk misi".
Magawa lahir di Tanzania dan telah dikirim ke Siem Reap (Kamboja) sejak 2016 untuk pelatihan dan tugas.
Oleh sebab itu, kemampuannya ini disebut sangat membantu masyarakat Kamboja, bahkan bisa meminimalisir bahaya.
Tak heran jika kematiannya sampai ditangisi banyak orang, mengingat kemampuannya yang luar biasa itu.