Pada tahun 2020, China merilis video propaganda yang menggambarkan serangan simulasi di Guam.
Tentara Pembebasan Rakyat China melihat AS memiliki garis pertahanan kedua di timur Jepang, dengan Guam menjadi pangkalan paling vital dalam rantai Kepulauan Marianas.
Pangkalan Angkatan Udara Andersen Guam adalah rumah bagi pesawat pembom strategis B-1, B-2, dan B-52 AS, keduanya mampu mengirimkan senjata nuklir.
Selain itu, fasilitas Angkatan Udara Andersen, yang menempati sebagian besar bagian utara pulau itu, adalah satu-satunya pangkalan AS di Pasifik Barat yang mampu menampung pembom berat untuk jangka waktu yang lama.
Guam akan menjadi lokasi yang sangat penting jika terjadi konfrontasi dengan China.
Kapal selam yang berangkat dari stasiun Angkatan Laut Guam dapat menyelam cepat ke laut dalam untuk menghindari deteksi.
China sendiri sepenuhnya menyadari bahwa pangkalan AS di Guam adalah hambatan paling signifikan bagi ambisinya untuk menyatukan kembali Taiwan ke dalam wilahnya.
Dengan demikian, militer China lebih memilih postur pencegahan daripada strategi perang nuklir agresif karena hanya memiliki beberapa ratus bom nuklir dibandingkan dengan ribuan bom AS.
Dan DF-26 adalah rudal paling kritis dalam persenjataannya untuk membatasi mobilitas AS.
Dengan jangkauan 1.900 hingga 2.500 mil, DF-26 dapat memberi Beijing kemampuan untuk menyerang fasilitas penting AS dengan muatan konvensional yang beratnya mencapai 3.300 pon tanpa mengubah nuklir atau mengekspos tentaranya ke perang laut yang berbahaya.