Penulis
Intisari-Online.com - Di hari terakhir tahun 2021, Iran kembali membuat dunia ketar-ketir.
Bagaimana tidak, Iran dilaporkan berhasil meluncurkan roket ke luar angkasa.
Kejadian itu hanyasehari setelah Iran memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa mereka tidak lagi takut dengan ancaman AS.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (31/12/2021), televisi pemerintah menyatakan bahwa Teheran melakukan peluncuran dengan roket orbital berkapasitas kecil Simorgh.
Diyakini roket itu telah membawa tiga perangkat "kargo khusus untuk penelitian" di dalamnya.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa sementara peluncuran berhasil.
Toket mencapai Delta-V (kecepatan) yang diperlukan untuk memasukkan satelit ke luar angkasa.
"Dalam peluncuran ini, kinerja komponen pangkalan ruang angkasa dan kinerja tahap satelit dilakukan dengan benar," kata Seyed Ahmad Hosseini, Wakil Menteri Kebudayaan dan Humas Kementerian Pertahanan.
“Dengan pencocokan data dan pencocokan fungsi, perencanaan yang diperlukan akan dilakukan untuk peluncuran operasional.”
Hingga saat ini, muatan rokettampaknya hanya untuk penelitian.
Meski begitu ada kekhawatiran Barat bahwa peluncuran roket itu juga terkait kesepakatan nuklir Iran.
Diketahui negosiasi untuk memulihkan perjanjian Nuklir Iran 2015 yang dimulai pada awal tahun ini berhenti pada Juni 2021.
Ini karena Iran memilih pemerintahan baru.
Kini, dengan pemerintahan baru, Iran tampaknya tidak lagi memikirkan kesepakatan nuklir dan tetap melakukan apapun yang mereka mau.
Bahkan seorang pejabat senior pertahanan Israel mengatakan bahwa saat ini tidak ada yang bisa dilakukan Barat untuk mencegah program nuklir Iran.
“Tidak ada mekanisme diplomatikbisa menghentikan program nuklir Iran," jelasZohar Palti, kepala biro politik-militer Kementerian Pertahanan.
"Tidak ada yang bisa mencegah. Iran sudah tidak takut lagi."
AS sendiri menyadiri betapa kuatnya program nuklir Iran.
“Kami telah melihat program nuklir Iran berkembang," tutur Utusan khusus AS untuk Iran Rob Malley.
"Dan kami telah melihat Teheran menjadi lebih agresif, lebih suka berperang dalam kegiatan regionalnya."
Tapi Malley mengatakan Iransalah perhitungan dan bermain api.
“Saat mereka membuat kemajuan ini, mereka secara bertahapmengurangi kesepakatan manfaat nonproliferasi yang kami tawarkan."
"Kami tidak akan menyetujui kesepakatanlainnya karena Iran telah membangun program nuklirnya," tambah Malley.
Jika negosiasi ini tidak berhasil, apakah kedua negara akan berperang lagi?