Sebelum pohon welengreng ditebang, terlebih dahulu akan dilakukan upacara khusus agar penunggu pohon bersedia pindah ke pohon lain.
Putra Mahkota Sawerigading membuat perahu tersebut untuk berlayar menuju negeri China.
Perjalanannya itu bertujuan untuk meminang putri China bernama Putri We Cudai.
Dikisahkan, setelah beberapa lama tinggal di China, Sang Putra Mahkota rindu dengan kampung halaman. Maka, dengan menggunakan perahu yang dulu ia buat, Sawerigading berlayar ke Luwu.
Tetapi, ketika perahu memasuki Pantai Luwu, tiba-tiba gelombang besar menghantam perahunya hingga pecah.
Pecahan-pecahan perahunya terdampar ketiga tempat wilayah Kabupaten Bulukumba, yakni Kelurahan Ara, Tana Beru, dan Lemo-Lemo.
Oleh masyarakat setempat, bagian-bagian perahu tersebut kemudian dirakit kembali menjadi sebuah perahu yang megah. Setelah jadi, perahu itu pun dinamakan Perahu Phinisi.
Itulah kisah di balik keberadaan perahu Phinisi, perahu khas Suku Bugis yang mendunia.
(*)