Penulis
Intisari-Online.com – Kuliner khas Bali apa yang pernah Anda cicipi, apakah Ayam Betutu, Sambal Matah, Lawar, atau Sate Lilit?
Makanan khas Bali memiliki cita rasa yang khas, yaitu pedas, kaya akan rempah, sehingga membuat orang sangat menikmatinya.
Salah satu sajian khas Pulau Dewata yang telah merambah ke beberapa kota besar di Indonesia, adalah Ayam Betutu.
Tidak hanya ayam yang digunakan untuk masakan ini, unggas lain adalah bebek.
Hasil akhir yang didapat dari masakan ayam betutu ini adalah daging yang empuk dan dipenuhi bumbu cabai dan base genep khas Bali.
Rupanya, selain rasa pedasnya yang khas, sejarah di balik hidangan khas Bali ini juga menarik untuk disimak.
Meski di setiap daerah di Bali memiliki gaya masakan betutu, namun yang paling terkenal adalah betutu khas Gilimanuk.
Menurut Fadly Rahman, sejarawan kuliner, seperti dikutip dari kompas.com, “Kalau kita lihat di Bali bebek atau ayam betutu itu sangat lekat asal muasalnya dengan wilayah Gianyar wilayah Ubud, Bali sana.”
Ibaratnya sebagai ikon kuliner khas Bali, ayam betutu ini berkembang ke kawasan Gilimanuk, Jembrana, dan kini bahkan sangat dikenal wisatawan mancanegara.
Pada mulanya di zaman dahulu, hidangan ayam betutu hanya disajikan saat upacara adat
Ayam betutu tradisional dimasak dengan cara yang unik dan rumit, dan memakan waktu yang panjang.
Secara tradisional mengolah betutu yaitu ayam utuh yang dilapisi daun pinang kemudian diberi bara sekam atau dikubur dalam tanah dengan bara sheingga menghasilkan temperatur panas tertentu.
Selama delapan sampai sepuluh jam, ayam yang dibungkus daun pinang tadi ‘dikubur’.
Bayangkan, ini seperti oven alami layaknya proses memanggang.
Meski zaman sudah berubah dan makin maju, namun teknik tradisional ini masih tetap dipakai, walaupun sudah jarang dilakukan.
Karena menurut Fadly, sekarang sudah ada teknik memasak dengan menggunakan panci bertekanan atau presto yang bisa memproses kematangan daging ayam atau bebek hanya sekitar 5 jam dan tidak lama.
Pengolahannya pengaruh dari Majapahit
Betutu sendiri artinya berarti proses mengolah daging yang menggunakan ayam dan bebek.
Jadi, betutu sebenarnya bukanlah nama makanan, melainkan proses memasak daging ayam atau bebek.
Salah satu rumah makan ayam betutu yang terkenal di Bali adalah rumah makan Men Tempeh, dan kerap disebut-sebut sebagai pelopor ayam betutu khas Gilimanuk.
“Betutu kalau orang bali bilang, ‘be’ itu ayam atau daging, ‘tutu’ itu masakan yang masing kering lalu direbut ‘nyat-nyat’,” jelas Putu Okta Damayanti, pemilik rumah makan Men Tempeh.
Yang sangat khas dari pengolahan betutu adalah lapisan pembungkus ayam dengan daun pinang, yang kemudian diberi bara sekam, lalu dimasukkan ke dalam tanah dari batu-batu yang sudah dipanaskan.
“Cara pengolahan ini merupakan warisan dari masa Majapahit yaitu masa abad ke-16, ketika pengaruh Islam masuk ke tanah Jawa,” papar Fadly, seperti dikutip dari kompas.com (17/4/2020).
Dia menuturkan bahwa banyak orang Majapahit yang merupakan pemeluk Hindu akhirnya pergi ke wilayah Bali.
Hingga kemudian berbagai pengaruh budaya yang ada di masa Majapahit itu beralih ke Bali, dan salah satunya adalah kuliner.
Selain betutu, kuliner khas Bali yang juga hasil pengaruh budaya Majapahit adalah lawar.
Tidak hanya pengaruh dalam bahan masakan, seperti pengaruh cabai pada masakan Bali, bahkan menjadi ciri khas Ayam Betutu yaitu rasa pedas dan rempah-rempahnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari