Penulis
Intisari-Online.com- Saat masih berkuasa,Soeharto sering melakukan kunjungan ke sejumlah negara, termasuk Jerman.
Kunjungan Soeharto pada 1995 silam sempat menjadi perbincangan karena ternyata tidak berjalan mulus.
Sjafrie Sjamsoeddin, mantan pengawal Soeharto mengungkap hal itu di buku "Pak Harto The Untold Stories".
Sjafrie mengatakan, kunjungan itu terjadi pada tahun 1995 silam. Tepatnya, pada tanggal 1 April 1995.
Saat itu, Soeharto berniat menghadiri Hannover Fair, yakni sebuah pameran dagang akbar yang diikuti sekitar 60 negara di dunia.
"Ternyata ada yang tidak menyukai tampilnya Pak Harto di panggung para pemimpin dunia di saat itu," kata Sjafrie.
Alasannya, saat itu sejumlah orang menggelar demonstrasi di Jerman di mana mereka mengangkat beberapa isu yang sedang hangat di Indonesia.
Sjafrie melanjutkan, dia sebenarnya sudah melihat adanya gejala gangguan pada kunjungan Soeharto sejak mereka di Hannover.
Menurutnya, hal itu sebagai dampak dari adanya beberapa orang Timor Timur yang melompati pagar Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.
"Rupanya mereka lantas berkeliling ke sejumlah negara di Eropa," ujar Sjafrie.
Namun, keesokan harinya Sjafrie melaporkan ke Soeharto terkait indikasi adanya sejumlah LSM internasional yang akan menggelar demonstasi.
"Saya melihat Pak Harto menyimak, tetapi tidak begitu menaruh perhatian secara fisik. Itu menunjukkan bahwa beliau tahu, tetapi tidak mau pikirannya terganggu," lanjut Sjafrie.
Yang dikhawatirkan atau yang ditakutkan pun akhirnya terjadi.
Saat itu, Soeharto beserta rombongannya harus berjalan sejauh 75 meter menuju tangga gedung Museum Wright.
Ketika itu, rombongan tersebut melihat adanya sejumlah orang yang berkerumun.
Awalnya, Sjafrie menganggap hal itu lazim. Namun, saat baru sepertiga jarak dilalui, mendadak orang-orang tersebut membuka baju mereka.
Sehingga, terlihat kaus-kaus mereka, dan bertuliskan "Fretilin".
"Ternyata mereka adalah demonstran yang menyamar sebagai kerumunan," ungkap Sjafrie.
Mereka selanjutnya bertindak mulai anarkis. Tak hanya mengacungkan poster, mereka juga mulai ada yang melempar telur, kertas, hingga mengibarkan bendera Fretilin.
Melansir Kompas.com, Fretilin sendiri merupakan partai yangdidirikan pada tanggal 20 Mei 1974 oleh Francisco Xavier do Amaral.
Sebagai partai politik Timor Timur yang tidak setuju menjadi bagian Indonesia, Fretilin memulai gerakan mereka dengan memperjuangkan kemerdekaan Timor Timur dari Portugis, kemudian Indonesia.
Partai Fretilin terbentuk setelah Revolusi Anyelir, yakni runtuhnya rezim otoriter menjadi demokrasi di Portugis, yang terjadi pada 25 April 1974.
(*)