Jadi, hanya anak laki-laki yang bisa pergi ke sekolah atau belajar.
Sangat sedikit anak perempuan yang bisa membaca atau menulis, dan hanya orang kaya.
Anak laki-laki pergi ke rumah guru sekolah untuk belajar.
Mereka berjalan ke tempat tujuan pagi-pagi benar dengan membawa bekal makanan yang disiapkan dari rumah.
Pada siang hari, sekolah dibubarkan.
Menghafal dan menyalin naskah kuno menjadi pelajaran utama yang harus dipelajari.
Karena papirus terlalu mahal, maka kepala sekolah terkadang memberi para siswa batu kapur putih yang dipoles.
Mereka menulis dengan kuas buluh yang dicelupkan ke dalam tinta hitam atau merah.
Tinta, terbuat dari air dan jelaga, yang ditaruh di atas palet, melansir Egy King.