Penulis
Intisari-Online.com - Saat ini, perhatian dunia tengah terfokus pada konflik Rusia dan Ukraina.
Apalagikonflik Rusia dan Ukraina itu juga berhubungan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Di tengah kejadian itu, AS dilaporkanmelepaskan 'tembakan' peringatan ke China.
Hal ini kembali membuat konflik Laut China Selatan memanas.
Apa yang terjadi di sana sekarang?
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Selasa menggembar-gemborkan strategi AS untuk memperdalam aliansi perjanjian Asia.
Mereka menawarkan untuk meningkatkan kerja pertahanan dan intelijen dengan mitra di kawasan Indo-Pasifik.
Ini dilakukan karena tindakan agresif Chinasemakin mengkhawatirkan.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, Blinken menyebut Indo-Pasifik sebagai kawasan paling dinamis di dunia.
Ini semua karena setiap negara memiliki kepentingan dalam memastikan status quo yang tanpa paksaan dan intimidasi.
Dia mengatakan Amerika Serikat, sekutunya dan beberapa penuntut Laut China Selatan akan melawan tindakan yang melanggar hukum.
"Kami akan bekerja dengan sekutu dan mitra kami untuk mempertahankan tatanan berbasis aturan yang telah kami bangun bersama selama beberapa dekade," kataBlinken.
"Tujuannya untuk memastikan kawasan itu tetap terbuka dan dapat diakses."
"Biar saya perjelas: tujuan mempertahankan tatanan berbasis aturan bukanlah untuk menjatuhkan negara mana pun."
"Sebaliknya, ini untuk melindungi hak semua negara untuk memilih jalan mereka sendiri, bebas dari paksaan dan intimidasi."
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai miliknya.
Namun klaim itu tumpang tindih dengan negara-negara lainnya dan keputusan pengadilan internasional bahwa klaim luasnya tidak memiliki dasar hukum.
Selanjutnya, Chinatelah menolak sikap ASagar tidak ikutcampur tangan. Karena sikap AS dapat mengancam stabilitas Asia.
Blinken sendiri melakukan kunjungan pertamanya ke Asia Tenggara sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari kemarin.
Itu adalah sebuah perjalanan yang bertujuan untuk menopang hubungan setelah periode ketidakpastian tentang komitmen AS untuk Asia di bawah pemerintahan Donald Trump.
Blinken mengatakanAS akan memperkuat hubungan dengan sekutu perjanjian seperti Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina.
Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan intelijen dengan mitra Indo-Pasifik, serta mempertahankan internet yang terbuka dan aman.
Dia juga mengatakan Washington berkomitmen untuk menekan junta militer di Myanmar untuk mengakhiri kekerasan, membebaskan tahanan, dan kembali ke demokrasi yang inklusif.
Terakhir, AS jugaberkomitmen untuk memberikan lebih banyak investasi asing langsung AS.
Salah satunya fokus pada infrastruktur.
"Negara-negara di Indo-Pasifik menginginkan jenis infrastruktur yang lebih baik," katanya.