Merajai Lautan, Majapahit Punya Kapal Raksasa 'Jung Java' yang Beroperasi Melintasi Samudera dalam Perniagaan Internasional

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Majapahit merajai lautan

Intisari-Online.com-Kekuasaan kerajaanMajapahitsering digambarkanmembentang begitu luas.

Namun salah satu yang menjadi kekuatan Majapahit yakni padabudaya kebahariannya, melalui Jung Java, kapal raksasa Jawa.

"Keahlian berlayar dan mengembara lautan, didapatkan secara turun-temurun dari para leluhurnya, para penutur bahasa Austronesia," tulis Asyhadi Mufsi Sadzali sebagaimana dilansir National Geographic.

Ia merupakan salah satu penulis dalam buku berjudul Inspirasi Majapahit yang terbit pada 2014.

Baca Juga: Bukan Gunung Merapi Apalagi Gunung Semeru, Inilah Letusan Gunung di Pulau Jawa Inilah yang Membuat Majapahit Porak-Poranda Hingga Membuat Sisa Peradaban Majapahit Musnah

"Fakta ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian dari para arkeologi yang memperkirakan orang-orang Austronesia berlayar dari tanah asalnya di kepulauan Formosa, Taiwan, menuju pulau-pulau di Nusantara sekitar 3500 SM," tambahnya.

Keberhasilan dan ketangguhan Jung milik Majapahit tentunya tidak terlepas dari teknik pembuatan kapal yang rumit, tetapi menakjubkan.

"Bangsa Austronesia mengembangkan kapal dengan tiang layar berkaki tiga yang dilengkapi cadik sebagai penyeimbang," tulis Bellwood.

"Selain dari bentuk kapal, ekspedisi orang-orang Austronesia didukung dengan perbekalan bahan makanan yang tahan lama, menemani mereka selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan berada di tengah lautan, seperti umbi-umbian, jemawut, dan pisang" tambahnya.

Baca Juga: Sering Kita Lihat, Tahukah Kamu Apa Makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika?

Melalui kemampuannya dalam bercocok tanam dan menangkap ikan, mereka mampu beradaptasi cepat dengan kondisi lingkungan barunya.

"Orang Austronesia punya kemampuan untuk hidup di dua lingkungan, darat dan laut, maritim dan agraris, mereka juga andal berburu ikan untuk bertahan hidup di laut," ungkapnya.

Pada masa selanjutnya, kebudayaan itu terus dilanjutkan oleh bangsa penerusnya yang berkembang dan menetap di Nusantara.

Tradisi agraris dan maritim sekaligus diturunkan kepada mayoritas masyarakat Majapahit.

Baca Juga: Ledakannya Membuat Penduduk Lereng Gunung Semeru Harus Menyelamatkan Diri, Konon Lereng Gunung Semeru Menjadi Tempat Terakhir Penduduk Keturunan Majapahit yang Masih Tersisa

"Tinggalan arkeologi dan catatan sejarah, membuktikan bahwa pada zaman Majapahit, budaya maritim dan agraris berkembang pesat dan saling berhubungan erat," sambung Asyhadi.

Hasil bumi yang lahir dari keterampilan agraria luar biasa masyarakatnya, menjadi komoditas yang diperdagangkan dalam perniagaan internasional.

"Lada, pala, kayu manis, dan padi, diperdagangkan ke berbagai pulau melalui kapal-kapalnya yang kuat dan tangguh," jelasnya.

Tak sedikit wilayah di luar negeri yang ditempuh oleh Jung Majapahit, seperti Campa, Khmer, Ayuthia, Cina, bahkan Decima di Jepang.

Baca Juga: Hayam Wuruk Menganut Agama Hindu Siwassidharta Sedangkan Ibunya Menganut Buddha, Bukti Majapahit Kerajaan yang Toleran, Termasuk dengan Pemeluk Islam

Beberapa temuan arkeologi di Trowulan, Jawa Timur, seperti makam-makam muslim yang berasal dari abad ke-14 hingga 15 M, ditemukan disana.

"Adanya makam putri Campa berangka tahun 1448 M menunjukan adanya pertukaran budaya antara Majapahit dengan Campa," imbuhnya.

(*)

Artikel Terkait