Find Us On Social Media :

Menilik Kesiapan Sejumlah Daerah Memitigasi Bencana Alam di Masa Pandemi Covid-19

By Sheila Respati, Minggu, 28 November 2021 | 08:44 WIB

Dialog

Tak hanya itu, lanjut Ahmad, wilayah Sumsel cukup luas sehingga penanganan di titik bencana akan lebih menantang.

Mengatasi hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sumsel menyiapkan alat berat di setiap titik rawan bencana untuk memudahkan mitigasi karhutla hingga longsor dan banjir. Kemudian, jembatan balley juga disiapkan untuk mengantisipasi longsor dan putusnya akses jalan.

Khusus karhutla, Pemprov Sumsel memiliki aplikasi Sistem Operasional Kebakaran Hutan Terpadu (Songket). Selain pemanfaatan teknologi, koordinasi secara pentahelix antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha pun dilakukan.

Untuk musim hujan, sejumlah posko penanganan bencana dan pembuatan tanggul sudah dilakukan. Tak hanya itu, sosialisasi penanganan bencana di masa pandemi pun terus dilakukan.

“Setiap kegiatan, tidak hanya penanganan bencana, kami gencarkan untuk protokol 5M. Kemudian juga percepatan vaksinasi. Untuk kasus Covid-19, alhamdulillah di masyarakat saat ini tren cukup landai. Tidak jarang kami menerima konfirmasi nol kasus,” jelas Ahmad.

Sementara, untuk vaksinasi Covid-19, Sumsel saat ini sudah memiliki capaian 54,32 persen dosis pertama dan 31,54 persen dosis kedua.

Peringatan dini BMKG

Untuk membantu sejumlah daerah mengantisipasi datangnya bencana alam, BMKG memiliki sistem peringatan dini. Fachri mengatakan, informasi cuaca dan iklim BMKG terbagi tiga, yakni jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.

Baca Juga: Bahas Keberlanjutan Program Bansos dalam FMB 9, KPCPEN Beri Harapan bagi Pelaku UMKM

Informasi jangka panjang dan menengah berisi prakiraan satu tahun, satu bulan, atau satu musim ke depan. Sementara jangka pendek berisi prakiraan dalam hitungan jam.

Informasi tersebut kemudian didistribusikan kepada stakeholder melalui unit pelaksana teknis (UPT) BMKG yang tersebar di 34 provinsi, baik di level pusat maupun daerah.

“Kami terus meningkatkan resolusi dan akurasi informasi. Saat ini, perkiraan cuaca sudah dapat memprediksikan sampai tingkat kecamatan. Namun, paling penting adalah bagaimana respons masyarakat. Kalau masyarakat tidak menjadikannya pedoman dan tidak memahami informasi BMKG, tentunya percuma,” ujar Fachri.

Oleh sebab itu, BMKG pun melakukan sosialisasi secara berkelanjutan terkait informasi prakiraan cuaca. Langkah ini diharapkan dapat membantu masyarakat memahami tindakan yang harus diambil menanggapi informasi prakiraan cuaca atau peringatan dini bencana.

“Saat ini kami pendekatannya impact based forecasting. Kami memberi prakiraan, kemudian apa langkah yang harus dilakukan dan dampaknya dari situasi yang diinformasikan. Bisa dilihat di platform signature.bmkg.go.id,” katanya.

Selain itu pihaknya pun tengah gencar melawan hoaks yang kerap menginformasikan prediksi musim, fenomena alam, hingga kejadian bencana.